4✔️

15.4K 2.2K 36
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madelina berdiri dengan angkuh. Saat seseorang pria paruh baya berada didepannya sebuah tamparan dilayangkan oleh lengan kekar pria itu. Dia Duke Jezon De Lawrence.

Ayah kandung dari tokoh Madelina sendiri.

Plak!

Wajah Madelina tertoleh. Rasa perih bercampur amarah melebur menjadi satu.

"Berani sekali kau membentak Michelina! Dasar anak pembawa sial!" ujar Duke Jezon dengan marah.

Madelina menoleh pada Michelina,  semua ini karena gadis itu, pikir Madelina. Michelina sendiri terlihat terkejut tak mampu berkata apapun.

"Jangan salahkan aku, putri mu yang terus mengganggu ku tadi." ujar Madelina membela diri.

Michelina mendekat pada Duke Jezon. "Aku hanya ingin bermain dan lebih dekat dengan mu Madelina karena kau saudari ku." ucap Michelina justru memperkeruh suasana, gadis bersurai putih itu terlihat tak mau dipersalahkan.

Duke Jezon mengusap surai Michelina lembut sebelum pandangan teralih kembali pada putrinya yang lain, Madelina. "Kau ingin melakukan pembelaan apa lagi? Kau benar-benar anak yang tidak tahu diuntung! Jaga sikap mu pada Michelina, mengerti?!"

Madelina mendengus geli. "Lebih baik kalian berdua pergi dari lingkungan mansion ini, kalian membuat atmosfer disini menjadi tidak nyaman. " usir Madelina tak berniat memperlakukan perkataannya.

Duke Jezon menatap marah.

Madelina ikut maju seolah menantang meski kakinya kini terasa sakit. "Kenapa? Anda ingin menampar saya lagi?" tantang Madelina tanpa gentar.

Michelina menahan tubuh Duke Jezon. "Ayah jangan seperti itu, aku yang ingin dekat dengan Madelina. Madelina tidak mencari masalah dengan ku,"

"Tapi dia membentak mu tadi. Jangan membela orang yang salah Michelina,  jangan terlalu baik pada orang yang salah."

Madelina menggenggam pegang keranjang dengan erat. "Ya! Dengar kan Ayahmu itu Michelina, jangan mengusahakan apapun untuk ku. Karena aku tidak membutuhkan itu, termasuk kebaikan mu," ucap Madelina menegaskan.

Mata Madelina menatap cukup lama pada Duke Jezon. "Memiliki tubuh yang lemah bukanlah sebuah kutukan, yang menjadi kutukan dalam hidup ku adalah memiliki Ayah seperti mu." tekan Madelina, gadis bersurai hitam itu beranjak dengan tertatih tatih.

Duke Jezon menatap penuh arti kearah punggung kecil yang mulai menjauh. Perkataan putrinya yang satu itu begitu menusuk, dan terasa asing.

"Ayah, Ayah tidak khawatir pada Madelina? Tadi dia jatuh dari pohon, aku mencoba membantunya. Mungkin dia berfikir sesuatu yang buruk tentang ku, karena itu dia menolak bantuanku,"

Duke Jezon berlutut, mensejajarkan tingginya dengan sang putri. "Bagaimana bisa bocah sialan itu berfikir kau memiliki niat yang buruk padanya? Putri Ayah yang satu ini kan sangat baik hati."

"Karena Ayah hanya memperlakukan diriku dengan baik, tapi Ayah mengabaikan Madelina selama ini. Apa Ayah pikir dia tidak akan berfikir bahwa aku adalah sebuah ancaman untuknya?"tanya gadis itu tak habis pikir.

"Dia pasti akan berfikir bahwa akulah sosok yang jahat disini."ucap Michelina, ia menatap sang Duke penuh kekecewaan.

"Jangan biarkan Madelina semakin jauh Ayah, dia saudari ku, dia putri mu juga. Jangan membuat penyesalan dimasa depan untuk kehilangan yang disengaja."

Duke Jezon tertampar oleh kata-kata Michelina, hatinya bergemuruh.

Tatapan dan intonasi suara Madelina saat berbicara padanya tadi bahkan sudah berbeda. Tak seperti biasanya, tidak lembut, tidak manja.

"Kehilangan yang disengaja?" gumam Duke Jezon pada dirinya sendiri dengan pelan.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madelina gadis itu kini mengoleh minyak pada kakinya. Pergelangan kakinya mulai membengkak. Ia mengobati semampunya. Pikirannya masih tertuju pada kejadian dihalaman. Memikirkan bagaimana Duke memperlakukan Michelina membuatnya Iri.

Iri?

Tentu saja, IYA! Bagaimana pun Michelina pasti mendapatkan seluruh fasilitas yang memadai untuk masa depannya, sementara dirinya? Makan saja harus masak sendiri karena Duke kejam itu hanya menempatkan satu pelayan di Mansion teratai ini.

Betapa malangnya dirinya.

Madelina mulai memaki Duke bajingan itu dalam hati. Hingga ia tak menyadari seseorang baru saja masuk.

"Nona ..."

Madelina terperanjat. "Setan!" pekiknya, benar-benar kaget saat ada seseorang yang berdiri didepannya secara tiba-tiba.

"Maaf mengejutkan anda."

Madelina mendongok melihat sosok pemuda berumur 15 tahun yang memakai baju besi ksatria. Ditangan pemuda itu ada sekeranjang sayur dan beberapa bahan pangan.

Rambut hitam legam pemuda itu tertiup angin yang lewat, wajah pemuda itu terdapat goresan cukup panjang didekat mata. Jantung Madelina berdetak lebih cepat, ia jelas tahu siapa yang berada didepannya.

Pemuda ini juga salah satu tokoh yang mengambil peran besar dalam cerita Magic Lady You.

"Nona saya mengantarkan bahan pangan untuk seminggu kedepan, saya akan taruh ini didapur. "tutur pemuda itu, Madelina hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

Madelina menunduk meski matanya masih sedikit mencuri pandang. Hingga pemuda itu masuk kearah dapur.

Madelina mencoba mengingat siapa nama tokoh satu ini, saat kembali melihat sosok pemuda itu yang keluar dari arah dapur.

Madelina berhasil mengingat tokoh satu ini. Pemuda itu Cleo, sang penyusup yang sebenarnya adalah Pangeran dari Kekaisaran Filipina, kekaisaran Timur. Nama aslinya adalah Leonardo De Rawles.

"Tuan terima kasih sudah mengantarkan bahan makanannya, Lily sedang tidak ada, saya merasa sangat terbantu." ujar Madelina dengan tulus. Cleo mengangguk, ksatria itu melempar senyum. "Sama-sama Nona,"sahutnya.

Cleo melirik kaki Madelina yang mulai membengkak. "Apa nona baru saja terjatuh?" tanya pemuda itu dengan hati-hati.

Madelina mengusap leher bagian belakangnya sebelum mengangguk pelan. "Tapi sudah lebih baik." jawab Madelina sekenanya.

Ksatria itu menuduk. "Ini bengkak, anda sendiri yang mengobatinya?" Lagi lagi Madeline  mengangguk sebagai jawaban.

"Boleh saya periksa? Seperti ini akan semakin parah jika tidak diobati dengan benar." Cleo meminta izin dengan sopan.

Pemuda yang dimasa depan akan menjadi salah satu budak cinta tokoh Michelina kini menawarkan bantuan pada Madelina.

"Apa kau tidak keberatan? Kau tidak perlu repot Tuan, saya sudah biasa mengobati luka sendirian." ujar Madelina, mencoba menolak dengan halus. Tapi justru perkataan Madelina membuat pemuda itu berdebar.

Bukan debat jatuh cinta, tapi debar rasa sakit. Rasa sakit yang mungkin Cleo sendiri paham betul bagaimana rasanya.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Tinggalkan komentar terbaik kalian

See you next chapter ❤️

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang