22 ✔️

10.7K 1.5K 48
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madeline menggerutu sepanjang waktu setelah mendapat ceramah dari guru berpedangnya sore tadi. Dengan balutan baju tidur, dengan tidak sopan-nya Madelina langsung ngacir keruang makan setelah mandi.

Lapar!

Cacing diperutnya memberontak dengan garang, meski perilakunya itu mengundang perhatian pelayan dan prajurit yang melihat Madelina dengan tatapan heran, berlari sepanjang lorong dengan baju tidur menuju ruang makan tadi.

Ia tidak peduli, mohon dicatat.

Duke Jezon dan kedua kakaknya datang. Mereka langsung duduk dan makanan mulai tersaji, membuat Madelina dengan cekatan mengambil apa yang ia mau.

"Rumah ini terasa sepi, mungkin karena tidak ada Michelina."gumam Carlos.

Madelina memutar bola matanya malas. "Bakar saja mansion ini jika kakak ingin suasana ramai,"celetuk Madelina, spontan membuat tiga pria tersebut terutama Carlos memandang dengan tatapan—

Entahlah, sulit dideskripsikan.

"Kau kembali waras?! Betapa senangnya aku," Carlos beralih kursi menjadi disamping Madelina dengan semangat.

"Kau pikir selama ini aku gila?! Kaparat sialan, kau ingin ku bunuh, hah?!" Madeline mengacungkan garpu ditangannya sambil melotot garang.

Sebelum Carlos menimpal, Duke Jezon buka suara lebih dulu. "Kau baik-baik saja? Apa perasaan mu terasa lebih nyaman?"pertanyaan itu mendapat anggukan dari Madelina.

"Iya tentu saja, dan perlu dicatat aku selalu waras!"tekannya, lalu menggerakkan bibirnya ke kanan dan ke kiri dengan sebal.

Duke Jezon tersenyum, mengusap rambut putrinya. "Syukurlah! Ayah senang mendengarnya,"ucap Jezon dengan penuh suka cita.

Madeline mengangguk sambil tersipu.

"Oh! Ayah aku dan Kak Louis akan pergi ke hutan Carcoba, dan aku juga akan membawa 20 prajurit terbaik dari kediaman Lawrence." tuturnya, Duke Jenzon hanya mengangguk karena sudah mendengar penjelasan dari Louis soal itu kemarin.

"Berhati-hatilah,"petuahnya, ia tak akan melarang Madelina, biarkan gadis itu bertindak semaunya untuk saat ini, ia hanya takut tubuh Madelina kembali melemah setelah tiga bulan yang akan datang.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Sementara di bagian Utara Kekaisaran lebih tepat di daerah Refgar, kedua insan tengah membangun romansa.

"Pangeran!" Michelina berteriak untuk kesekian kalinya, ia mulai kesal dengan pemuda itu yang asik menggodanya sedari tadi.

"Kenapa wajahmu merah? Apa kau tersipu malu nona Lawrence,"goda Matteo tak putus asa, Michelina berdecit. "Kau ini ya! Ini hutan dan aku bisa saja membunuh mu jika mau, kau mengganggu ku pangeran."

Michelina hampir frustasi setengah mati menghadapi Matteo, tolong tampar dia. Mengapa male lead yang ia masukin tokohnya harus secerewet Matteo.

Michelina pasti memiliki banyak dosa dikehidupan yang lalu. Saking tidak fokusnya, Michelina tergelincir oleh salah satu batu yang ia pijak yang dekat dengan pinggiran sungai yang memang licin.

"Aaahhh ..." Michelina memekik, tapi tubuhnya tidak jatuh saat sebuah tangan melingkar dipinggangnya menahan Michelina.

Hap

Mata Michelina terbuka, netra bertubrukan dengan manik emas milik Matteo yang kini tengah menatap dengan tatapan sedikit tajam, "Kau membuat ku hampir jantungan Helina," bisiknya dengan suara sedikit bergetar.

Matteo nampak sangat khawatir, dan dari seperkian detik Michelina terdiam. Matteo mendekatkan bibirnya sambil menutup mata, sial, itu membuat Michelina lebih dari sekedar SYOK!

"Apa yang akan kau lakukan, bedebah!" teriak Michelina. Reflek Michelina mendorong Matteo dan membuat tubuh pemuda itu limbung,

Karena tubuhnya yang ringan Michelina malah terbawa terhuyung dan—

Byurrr ....

Mereka tercebur ke sungai karena Matteo yang tak bisa menjaga keseimbangannya, "Helina!"teriak Matteo kesal, gadis itu benar-benar merusak romansa yang ia bangun.

Tapi hei, MICHELINA ITU BARU BERUSIA DELAPAN TAHUN! PEMUDA ITU PASTI SUDAH TIDAK WARAS!

Persetan dengan status putra mahkota atau semacamnya, ini Refgar, tak akan ada yang tahu jika ia mau membunuh pangeran kaparat itu jika berani mesum padanya.

"Kau! Jangan bertindak seenaknya,"bentak Michelina sambil menujuk kearah Matteo dengan garang.

Matteo tersenyum samar, "Aku putra mahkota, kau berani membentak ku?!"tanya pemuda itu dengan tegas, nada bicaranya terasa berbeda dan aura miliknya seolah mengintimidasi Michelina.

"Tentu saja! Ti-dak, aku hanya sedang marah tadi." Ucapan Michelina sedikit tertahan ditenggorokan. Nyalinya menciut saat netra emas milik Matteo menatapnya dalam.

Melihat Michelina tertunduk, tawa Matteo lepas. "Dasar penakut, kau ini ckckck ... Mengapa jadi lebih menggemaskan sih!" Matteo mengangkat dagu Michelina dengan jarinya, pemuda itu juga mengusap pipi gadis itu yang bersemu merah dan terkekeh pelan.

"Kau juga sangat cantik,"puji Matteo tak tanggung-tanggung.

Dan malam itu Michelina dan Matteo mengukir kenangan manis pertama mereka di sungai kecil itu, dengan langit yang memang sudah gelap disertai taburan bintang seolah menambah romansa yang mulai mencuat pada hati masing-masing.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang