28 ✔️

9.1K 1.5K 12
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Pagi ini entah kenapa bagi seorang Michelina ada getaran aneh, ada semangat yang menggebu-gebu dalam dirinya. Terasa seperti ikatan batin, bahkan Michelina berfikir bahwa mungkin Madelina juga ikut merasakan hal yang sama seperti dirinya.

Udara yang masih begitu dingin diluar, membuat tubuh Michelina lebih merasa menantang. Michelina membasuh wajah dengan air sungai yang terasa membekukan sarafnya.

Netra terpaku pada bayangan wajahnya sendiri, ia bermain dengan gemericik air sungai yang mengalir deras dari atas air terjun.

Entah dorongan dari mana gadis itu tanpa pikir panjang mulai menceburkan dirinya ke sungai.

Byurrr ...

Pikirannya ikut tenggelam saat tubuhnya mencapai dasar dari sungai itu, kenangan dikehidupan yang dulu dan kehidupan saat ini menyatukan.

Bahagia, kesal, kehangatan dan perasaannya yang bercampur aduk itu membuat pikiran menjadi tenang, namun air disekitar perlahan membeku.

Madeline.

Nama itu menggangu pikirannya, nama orang yang mungkin mulai ia kagumi sebagai sosok kakak. Sosok yang mengingat pada kehangatan Renata, bosnya dikehidupan sebelumnya. Renata yang hanya sebatas orang asing yang sukses mendobrak seluruh batasan kekurangan.

Sosok Renata yang melindungi dirinya diakhiri hidup, perlahan membayang dengan momen dimana sosok Madelina yang mengoceh ria, mereka berdua—

Mirip?

Mereka juga sama sama memberikan rasa yang berbeda, rasa yang ia rindukan entah karena apa. Bahwa mengingat semua itu Michelina merasa memiliki kekuatan lebih, ia ingin melindungi kembaran yang lemah itu.

Iya ingin ...

Air sungai sudah separuh mulai membeku dan Michelina tak menyadari hal itu. Namun saat air itu akan membeku secara sempurna, cahaya putih keluar dari tubuhnya.

Kretakkk ....

Air sungai yang awalnya membeku pecah, secara serentak. Air itu kembali mengalir namun lebih jernih dari sebelumnya, dan Michelina? Gadis berumur delapan tahun itu meloncat keluar dan melayang diudara dengan jubah putih kebesaran.

Tiara dengan ornamen salju berkilau diatas kepalanya, Michelina menarik pedang yang ia ambil, ia merasa luar biasa dengan semua yang terjadi.

Pedang itu ia ayunkan dengan cantik dan tangkas, dan saat pedang itu ditancapkan ketaman, permukaan tanah yang subur berubah menjadi membeku.

Nyonya Serra dan Matteo dari kejauhan melihat semua itu termenung sesaat. Kekuatan Michelina bangkit, bahkan lebih besar dari yang dibayangkan.

"Dia sangat berbakat, sangat pantas untuk menjadi calon ratu masa depan bukan?" Matteo tak bisa tidak berdecak kagum oleh gadis berusia delapan tahun yang sudah berhasil meratakan dataran subur menjadi membeku.

"Dia terlalu sempurna untuk mu yang hanya seorang pengecut."ujar Nyonya Serra, lalu menghilang untuk menemui Michelina.

Matteo mengeraskan rahangnya, ia merasa tertampar oleh perkataan Nyonya Serra, karena memang itu benar adanya, benar bahwa ia hanya seorang pengecut.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Michelina menatap kedua tangan sendiri, "Apa aku berhasil? Sepertinya begitu!"pekiknya kesenangan sendiri, ia melihat Nyonya Serra muncul secara tiba-tiba.

"Aku berhasil guru!" Nyonya Serra mengangguk bangga, "Kau hebat Helina, luar biasa."pujinya dan Michelina membungkuk hormat  sebagai tanda terima kasih.

"Helina, kau bisa kembali dan ingatkan kakak mu untuk memenuhi janjinya!"ujar Nyonya Serra dengan tegas.

Michelina menatap serius, "Apa yang dijanjikan oleh Kak Delina guru? Ku mohon beritahu aku!"tuturnya, Madelina tak harus membayar. Michelina yang harus melakukan hal itu, karena ini untuk dirinya sendiri.

"Dia menjanjikan darah dari hewan mitologi dari hutan Carcoba."jawab Nyonya Serra, wanita paruh baya itu memejamkan matanya sebentar. "Sebelum bulan purnama tiba, ia harus memberikannya pada ku."lanjutnya.

"Selamat tinggal Michelina," pamit Nyonya Serra lalu menghilang. Michelina mematung, ia menggeram marah. Hewan mitologi? Jelas itu bukan hal yang bisa didapatkan dengan mudah bahkan nyaris mustahil.

Gurunya benar, bahwa Madelina tidak main-main dalam memberikan imbalan. Ia harus segera pulang dan menjewer telinga kembarannya itu.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madeline bersin-bersin, entah karena debu yang bertebaran karena kamarnya sedang dirombak atau karena ada yang tengah membicarakan.

"Sial! Bedebah mana yang membicarakan ku,"gerutunya. Tiga ksatria yang berada didekat Madelina mengerijap pelan saat nona kecil mereka mengumpat.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Sudah follow akun Wattpad aku belum rbilqisasiah
Jangan sampai ketinggalan update terbaru dari cerita ini yaaa ❤️

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang