42✔️

7.3K 1.3K 60
                                    

Coba bacanya pelan-pelan, jangan langsung emosi yaaa hhheee (◕ᴗ◕✿) oh iya, aku mau ucapkan terimakasih untuk semua yang sudah bersedia mendukung cerita ini dari awal, maupun untuk para pembaca baru.

Ingat ini cerita karya original aku sendiri, jadi mohon bijak dalam membaca. Jangan sampai terdengar bau-bau plagiat yaa ...

Michelina: Tenang Thor, sekali ada yang berani plagiat. Madeline punya cem-ceman

Madeline: Jangan memperhalus kata-kata mu Helina, langsung katakan saja yang berani plagiat akan ku penggal kepalanya.

Michelina: Mana bisa begitu.

Madeline: Jika tidak bisa, akan ku pastikan orang tersebut muntah paku esok harinya.

Author: Astaghfirullah, kalian berdua ini, ck! Udah, lanjutin.

"****"

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Duke Jezon menggebrak meja ketika suasana hening menerpa ruang kerjanya.

Ketiga anaknya bahkan nyaris terjengkang karena gerakan tiba-tiba sang ayah.

"Gadis itu, beraninya ia pergi ke wilayah musuh!" teriak Duke Jezon marah.

Michelina meringis. "Tenanglah Ayah."ujar Michelina dengan lembut berusaha meredam emosi sang Ayah.

Jezon menghela nafas panjang, memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri.

"Dia butuh penanganan dokter jiwa secepatnya, sikapnya kemarin tidak bisa dianggap normal."

Penuturan Duke Jezon membuat mata ketiga putra putrinya menatap tak percaya. "Apa Ayah pikir Madeline gila?!"sahut Carlos menatap tajam sang Ayah.

"Kau melihatnya sendiri Carlos—"

"Ayah akan mengirim Madeline ke daerah Fadma?" potong Louis yang mengerti kemana arah pembicaran ini akan berakhir.

*Fadma adalah daerah yang disediakan oleh kekaisaran untuk penampungan masyarakat saat menghadapi masa pemulihan pasca trauma, gila, atau sering disebut juga wilayah pengasingan.

Duke Jezon mengangguk dengan berat hati.

Louis tertawa getir. "Kalau begitu biarkan saja Madeline melarikan diri. Itu lebih baik dari pada dia harus dipenjara di wilayah orang-orang gila."

"Louis, kau tidak mengerti ini demi kebaikan adikmu."balas Duke Jezon berusaha menahan gejolak amarah yang teredam dalam hatinya.

Michelina mengalikan pandangannya. Jelas dirinya sudah tahu niat sang Ayah lebih dulu dari catatan Madeline. Bukankah, ia pernah bilang saudarinya itu selalu mengambil satu langkah didepan.

Madeline seolah telah mempertimbangkan semua dengan sangat baik. Michelina berniat ikut campur didalam, namun ada sedikit keraguan dihatinya, ia takut mengambil langkah yang salah.

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang