Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Madeline menikmati makan siangnya, sambil sesekali menumpuk dokumen yang bertebaran dimejanya, ia benci berantakan. Ia ingin punya sekertaris pribadi seperti dulu jadinya.
Pintu kamar Madelina diketuk, saat Madelina menyuruh orang tersebut masuk ternyata itu adalah Nox dengan sebuah surat ditangannya.
"Nona ini ada surat dari dokter kediaman ini," lapor Nox sambil menyerahkan kertas tersebut, Madelina menyeringat. Bukannya tempat itu terserang virus kenapa bisa-bisa dokter sialan itu mengirim surat.
"Nox tolong bacakan surat tersebut,"pinta Madelina, dan Nox menurut.
"Salam kepada Nona Madeline, Saya Ericsson, dokter dari kediaman Lawrence ingin menyampaikan bahwa mungkin saya tidak akan selamat dari wabah virus disini. Jadi saya memberikan surat ini sebagai wasit, bahwa mungkin si baret kesayangan tengah sekarat di gurun berbatu lembab, ia mungkin menunggu anda untuk menjemputnya. Salam hormat saya Ericsson."Nox menutup surat tersebut, netra hitamnya bertubrukan dengan manik merah milik Madeline yang tengah menatapnya.
"Baret kesayangannya ya ..."gumam Madeline, mengerutkan keningnya dalam dalam ia tahu ini sebuah teka-teki. Tapi yang ia takutkan ini hanya sebuah jebakan.
"Nox, apa kau mau aku repotkan malam ini?" tanya Madeline, ksatria itu menatap Madeline lekat sebelum mengangguk mantap.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Di depan mansion keluarga Lawrence, seorang gadis bersurai putih baru saja turun dari kereta kudanya.
Michelina.
Para pelayan dan prajurit yang melihat Michelina terpaku sesaat saat sosok nona kecil mereka tampak sangat anggun dengan balutan gaun putih kebesaran.
"Nona Michelina sudah pulang!"seru salah satu dari pelayan, pelayan yang lain pun ikut heboh dengan kepulangan gadis kecil itu.
Kabar cepat tersebar bahkan hingga ketelinga para Kakak gadis itu, Louis dan Carlos berjalan beriringan untuk menyambut Michelina dengan senyum termanis mereka.
"Kakak! Aku merindukan mu,"teriak Michelina, ia berlari kearah Louis dan Carlos yang sudah merentang tangan. Namun Michelina hanya melewati mereka begitu saja membuat mereka terpaku.
Sementara orang yang baru saja dipeluk oleh Michelina memutar bola matanya malas, dia adalah Madeline.
"Lepaskan! Kau berniat membunuhku hah?!" Pasalnya pelukan Michelina terlampau erat.
Michelina mengerucutkan bibirnya kesal, "Aku merindukan mu!" ujarnya dengan nada merengek, membuat bulu kuduk Madeline meremang,
"Jangan mengatakan hal menggelikan dengan ekspresi seperti itu! Aku bisa muntah darah,"sarkasnya sambil melerai pelukan mereka.
Madeline menatap kedua kakaknya didepan dengan tatapan iba sekaligus mengejek, Louis dan Carlos menghela nafas untuk meredakan kekesalan mereka.
"Kau tidak merindukan kami adik?"tanya Louis dengan wajah dinginnya, Michelina melempar cengiran paling polos miliknya.
"Aku lupa memiliki kakak laki-laki hhhaaa,"ucapnya sambil tertawa renyah, Madeline menepuk pundak saudari itu dan bertos ria.
"Dia adik ku, wleee ..."tutur Madeline lalu menjulurkan lidahnya mengejek.
Melihat Carlos yang menggeram, Madeline dan Michelina berlari bersama menjauh dari predator itu sambil berpegangan tangan.
"Monster itu akan menerkam kita, Delina!"pekik Michelina dengan kegirangan, Madeline entah kenapa mau mau saja diajak berlari bersama, mereka berkeliling mansion dengan Carlos yang berlari dibelakang mereka.
"Adik nakal, akan ku gantung telinga kalian tinggi-tinggi! Liat saja nanti!"ancam Carlos, namun si kembar tampak abai dan tetap berlari menjauh.
Meski mereka dengan sejuta kekesalan dihatinya, ada kebahagiaan dan kenangan indah yang terukir indah dengan sendirinya, kebersamaan yang mungkin ingin mereka rasakan setiap saat sampai akhir kisah hidup mereka selesai.
Dan semoga semesta bisa sebaik hati itu untuk membiarkan itu terjadi.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Sayang anak sayang anak
Jangan lupa vote yaaa ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasy[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...