14 ✔️

11.7K 1.8K 33
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Sudah tiga hari Madeline tinggal dimansion utama, semuanya berubah kecuali perlakuan tiga tiran itu yang masih sering melontarkan perkataan yang tak enak didengar.

Gadis lemah? Atau semacamnya, di anggap angin lalu oleh Madelina. Meski begitu mereka terasa semakin dekat saja, entah karena Madelina dan Michelina yang menemani kedua kakak sialan itu latihan pedang, atau nongkrong seharian diruang kerja Duke sambil membaca tumpukan buku bersama cemilan.

Hari ini pun sama, namun bedanya mereka sedang melakukan piknik keluarga bersama. Michelina yang berlari mengejar Carlos yang mencuri bagian kudapan miliknya, Louis dan Madelina yang tengah berlomba membaca cepat disertai sang Ayah juga.

Siapa yang bacaan nya selesai deluan dia yang menang, begitulah kalian pasti paham. Harus.

"Selesai ..." Madeline menutup bukunya dengan girangdan melayangkan tatapan angkuh karena selesai lebih dulu.

"Buku mu lebih tipis dari punya ku tahu, kau curang." ujar Louis tak terima, ia baru selesai membaca, Madelina hanya cekikikan namun tak mau menerima kata kalah.

"Hebat ..."pujian itu terlontar disertai dengan usapan lembut pada rambut Madelina.

Madelina mematung, ia melirik Duke yang nampak sama terkejutnya. "Jangan membuat ku jantungan, Ayah! Kau membuatku takut."ujar Madelina bergidik ngeri, Duke Jezon mengangkat bahunya acuh.

Saat Madelina menyebutnya dengan sebutan Ayah, hatinya menghangat. Meski gadis itu harus dipaksa lebih dulu untuk memanggilnya dengan sebutan Ayah, dengan sedikit drama.

Matahari mulai menyorot hangat, lebih tepatnya panas. Sudah tengah hari, Madelina bergerak gelisah karena suhu panas maupun dingin adalah kelemahan terbesar baginya setelah pengaruh mana yang berantakan.

"Kau ingin berteduh? Matahari sudah mulai tinggi," ucap Louis menyadari Madelina yang memang mulai bergerak gelisah, gadis itu mengangguk.

Duke Jezon pun ikut bangun dari duduk yang awalnya hanya dialasi sehelai kain tebal, namun gerakan berhenti saat Madelina tak kunjung bangun juga.

Gadis itu malah melempar senyum tipis entah karena apa, "Nanti saja lebih baik kita disini dulu."ujarnya, membuat Duke Jezon menatap heran pada putri pertamanya itu.

"Ada apa? Apa kepala mu pusing?" tanya Louis, Madelina menggeleng, gadis itu bergerak gelisah bukan karena cuaca yang panas namun  masalahnya disini adalah kakinya mati rasa seperti orang lumpuh, Madelina rasanya ingin menangis.

Michelina dan Carlos datang dengan membawa rangkai bunga yang sudah disulap bak sebuah tiara dari berbagai bunga yang cantik.

"Gadis lemah ini untuk mu, Michelina memaksa ku membuatkan mu ini."adu Carlos tak ingin terlihat perhatian pada adik pertama itu.

Madeline tak bisa menjangkaunya dengan tangan pendeknya itu, membuat Carlos menyeringat. "Bangun lah, kenapa kau diam saja? Sedang malas eh," nada bicara Carlos tampak tak senang.

Sementara Michelina menyadari sesuatu, "Tidak bisa digerakkan lagi ya?" setengah berbisik pada Madelina, gadis itu mengangguk kecil. Pertanyaan Michelina terdengar oleh ketiga pria itu, namun mereka diam sambil menerka nerka.

"Ayah, seperti Madelina ingin digendong oleh mu."ucap Michelina, membuat Madelina melotot secara refleks namun bibirnya tidak protes sama sekali karena menyadari keadaan.

Duke Jezon berjongkok dan mengambil tubuh Madelina, ia menggendong putrinya itu ala bridal style tanpa izin. "Kau ingin digendong rupanya?"tanya Duke, namun jelas pria paruh baya itu tak percaya.

Madeline hanya menunduk, pipinya bersemu merah karena malu. Baik Louis maupun Carlos tidak mengatakan apapun kecuali melayangkan tatapan bertanya pada Michelina.

"Nanti saja,"ucap Michelina tanpa suara.

Sampai dikamar Madelina yang bersebelahan dengan Michelina, Duke menurunkan tubuh Madelina dengan hati-hati. "Beristirahat, aku ada pekerjaan dan kakak mu ada latihan hari ini. Jika kau butuh sesuatu panggil pelayan, akan ku tempatkan pelayan itu didepan kamar mu."tutur Duke Jennifer.

Tak seperti biasanya Madelina hanya mengangguk, lalu membaringkan tubuhnya. Gadis itu menutup wajahnya dengan guling, isakan kecil tersebut ditelinga Jezon sebelum ia menutup pintu kamar Madelina rapat.

Didepan kamar putri pertamanya itu Michelina dan kedua putranya sudah menunggu.

"Jadi jelaskan apa yang terjadi, kenapa ia tidak bisa menggerakkan kakinya secara tiba-tiba begitu?" Duke Jezon meminta jawaban dengan raut wajah yang sedikit cemas.

Michelina nampak menimang sebelum berkata, "Akibat benturan dikepalanya insiden waktu itu, ada kerusakan saraf yang berpengaruh pada kinerja otot dibagian kakinya. Aku tidak tahu jelasnya bagaimana, tapi yang pasti beberapa kali ia sering mendadak lumpuh sementara."jelas Michelina seadanya.

"Insiden diruang makan hari itu?"tanya Carlos memastikan  dan Michelina mengangguk sebagai jawaban sambil melirik sang ayah yang kini mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Dia akan baik-baik saja, dokter bilang. Ia hanya tak boleh memaksakan dirinya untuk berjalan jika sudah mulai kelelahan." hibur Michelina, karena tiga pria itu lagi lagi hanya diam dengan wajah datar penjelasannya.

"Apa kalian mengkhawatirkan Delina?"pertanyaan polos itu membuat hati ketiga pria itu menceos.

Mereka juga bertanya-tanya kemana rasa benci selama delapan tahun dalam hati mereka, yang bisa saja sudah mendarah daging.

°°°°
Yip yip tunggu update besok yaa
Jangan lupa buat vote! Dan tinggalkan komentar kalian

Terimakasih ❤️

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang