47✔️

7.2K 1.3K 84
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Michelina menelusuri lorong mansion dengan langkah anggunnya, aura positif menyebar. Dengan balutan dress berwarna putih ia nampak seperti peri.

Netra merah gadis itu menatap lekat kearah pintu yang baru saja akan ia lewati. Denting piano terdengar mengalun indah, dentingan piano yang entah kenapa terasa familiar ditelinganya.

Dia berbalik, meraih gagang pintu dan membukanya dengan hati-hati. Sosok yang kecil membuat dirinya harus membuka pintu ruangan tersebut dengan lebar jika ingin melihat siapa yang tengah mainkan piano tersebut.

Michelina mengerijap saat manik ungu yang begitu berkilau balik menatap kearahnya, seorang pemuda yang tampak begitu tampan dengan jemari yang baru saja berhenti menekan tuts piano.

Michelina mundur selangkah karena terkejut.

"Nona, ada yang bisa saya bantu." suara pemuda itu membuat kesadaran Michelina kembali, gadis itu berdehem pelan menetralisir rasa gugupnya.

"Tuan ini siapa ya? Mengapa aku baru melihat anda?" tanya Michelina dengan sopan, pemuda didepannya tersenyum cerah lalu membungkuk sedikit badan.

"Nama saya Sean, Nona."

Michelina mengerijap, nampak tak asing dengan nama pemuda dihadapannya ini. Setelah beberapa saat berfikir dirinya baru menyadari sesuatu.

"Sean Grigory? Anak dari tuan Handrik, benar?"tanya Michelina dengan mata berbinar.

Sean terkekeh melihat ekspresi Michelina yang tampak lucu. "Wah, bukanlah anda sang jenius piano? Kapan anda datang dari perjalanan pentas besar anda itu?"

Senyum Sean semakin lebar, nona kecilnya yang satu ini bahkan tahu tentang pementasan dirinya. "Belum lama ini Nona." jawabnya.

"Apa Sean bisa mengajari aku memainkan piano? Aku sangat ingin belajar." pinta Michelina, tentu saja itu bukan tanpa sebab karena jelas Sean adalah pemeran yang bisa ia jadikan pion nantinya.

Senyum Michelina mengembang saat pemuda dihadapannya tak ragu untuk mengangguk.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Disisi lain diruangan dengan nuansa emas yang begitu menyilaukan mata, Madeline tak henti-hentinya menyumpah serapahi Xander. Mulut pangeran itu mendadak lemes dan tak mau berhenti mengoceh.

"Pangeran mahkota, mengapa anda bisa memilih adik seperti dia."bisik Madeline sambil mendelik tajam kearah Xander.

Ethan susah memijat pelipisnya, adiknya yang kaku entah kenapa mendadak menjadi sangat aktif dan banyak bicara.

"Lalu aku harus apa?" tanya Ethan, tak tahu harus membalas bagaimana.

Madeline nampak berbinar. "Jual saja, minta harga yang tinggi nantinya. Lihat-lihat bukankah pangeran Xander cukup menggoda untuk—"

Xander menutup mulut Madeline dengan satu tangannya. "Kau pikir aku tuli?! Tidak sopan sekali kau ini, bahkan kau tak segan memikirkan rencana jahat pada pangeran ini."

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang