23✔️

10.2K 1.5K 9
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madeline bersama rombongan sudah dari pagi-pagi buta melakukan perjalanan ke Carcoba, udara pagi yang dingin kini tak mengusik tubuh Madelina lagi, bahkan gadis itu dengan santai menikmati sepanjang perjalanan dengan tirai jendela yang dibuka.

"Kau tidak kedinginan? Aku khawatir kau akan jatuh sakit."Louis memandang sang adik dengan raut khawatir, tumben sekali pikirnya, biasanya pemuda itu menampilkan wajah datar sepanjang waktu.

"Tenang saja, aku baik Kak."jawabnya ditimpali senyum pada Louis, Madelina menyadarkan kepalanya pada kepala sang Kakak. Louis sedikit terkejut, namun buru-buru merilekskan badannya kembali.

"Kak, bagaimana jika aku nanti tiba-tiba pergi?"tanya Madelina, gadis itu tengah memikirkan tour keliling eropa sendirian, pasti sangat menyenangkan. Seperti rencana awalnya saat menjadi Madelina.

"Pergi kemana?"suara Louis terdengar lirih, seolah enggan membahas.

Madeline menegakan badannya, "Ketempat yang jauh, dan tak ada yang akan aku bawa atau ku izinkan untuk ikut."jawabnya sambil tersenyum cerah.

Tangan kecil Madelina mengusap surai putih milik Louis, "Kau jaga baik-baik keluarga kita ya."

Louis menarik Madelina kedalam pelukannya, "Jangan berkata seperti itu."terdengar tegas dengan aura gelap yang bersamaan Louis keluarkan.

Madeline terkekeh, "Aku tidak izin untuk mati, oh astaga! Yang benar saja. Kau berlebihan yang aku maksud adalah jika aku pergi untuk bersenang-senang ketempat yang jauh."jelas Madelina.

"Kenapa tidak boleh ada yang ikut, apa kau tidak menyayangi keluarga mu? Kau tidak akan rindu pada kami begitu?"

Madeline terdiam sebentar. "Apa kalian menyayangi ku?"balik bertanya dengan raut wajah polos, memancing Louis.

Kakaknya itu mengetuk kepala Madelina lalu memeluk tubuh gadis itu kembali, "Menurut mu?" ujar Louis disela usapan rambut sang adik.

Madeline menggeleng jail, "Aku rasa tidak."jawabnya dengan alis terangkat.

Louis tidak menjawab namun ia mengeratkan pelukannya dan kali ini Madelina membalasnya.

Hangat.

Dua duanya tenggelam, berbeda dengan para prajurit diluar yang mulai waspada saat insting mereka menangkap sesuatu yang tidak beres. Beberapa kali mereka mengetuk pintu gerbong oleh salah satu prajurit untuk memberi tanda pada Louis.

Louis melepas pelukannya, "Ada yang tidak beres, kau diam didalam oke. Ini sudah masuk ke inti hutan Carcoba,"tutur Louis dengan tegas.

Madelina mengangguk, ia memang sudah bisa memegang pedang. Hanya memegang dan mengayunkan secara asal, tentu saja ia harus mendengarkan sang Kakak untuk saat ini, ia masih sayang dengan nyawanya sendiri.

Ohh jangan berfikir ia bisa tiba-tiba menjadi hebat dan kuat, hilangkan pikiran tak masuk akal seperti itu.

Suara pedang yang keluar dari tempatnya terdengar jelas, gauman hewan buas masuk kependangaran Madelina, gadis itu nekad mengambulkan kepalanya dari jendela karena penasaran dengan hewan yang sedang dilawan.

Matanya terbelalak saat melihat singa putih yang berukuran sangat-sangat-sangatttt besar bak sebuah monster.

"Gila! Mereka semua bisa saja mati, jika harus melawan hewan buas itu."gumamnya sendiri, namun semua pemikiran itu lenyap saat Louis menyerang hewan tersebut dengan spirit es nya.

Es berbentuk panah melesat tak terhingga jumlahnya, sebagian menancap di kaki singa itu membuat hewan tersebut menggaum kencang.

"Ssshh ... pasti sangat sakit," Hewan itu tertatih, matanya sayu dan tubuhnya hampir ambruk karena tak seimbang.

Louis mengumpulkan mana es nya dalam satu bola besar, mata Madelina melotot. Singa itu bisa saja mati, dan itu bukan tujuan Madelina ke hutan ini.

Ekosistem bisa saja rusak bukan? Oh atau bagaimana jika singa itu salah satu makhluk mitologi dan nanti Louis mendapatkan kutukan jika membunuhnya.

Astaga dia harus menghentikannya.

"Kakak! Tahan serangan mu!"teriak Madeline namun serang Louis terlambat ia cegah, maka dari itu Madelina membuat Spirit protection wall disekitar singa itu.

Spirit protection wall itu Sejenis dinding penangkal spirit yang baru saja ia pelajari dari buku tebal berisi 400 halaman.

Namun dinding itu dengan mudah retak dan hancur, serangan Louis mengenai hewan itu meski tidak sebesar jika Madelina tidak melindunginya. Hewan itu menggaum kesakitan, sebelum berlari pergi dengan tertatih.

"Apa yang kau lakukan?! Kau menguras mana mu sendiri Madelina," ujar Louis dengan wajah merah ketara bahwa kakaknya marah.

Madeline hanya melempar cengiran, "Aku hanya takut kakak mendapatkan kutukan, bagaimana jika hewan itu makhluk mitologi? Kau harusnya berterima kasih tahu."jawabnya dengan angkuh.

Louis menjewer telinga Madelina, "Dasar anak nakal."

Madelina merintih, "Ta-ta-ta iya iya lepaskan haduhhh ... itu salah ku!"tutur Madelina mencari aman.

Para prajurit memalingkan wajah saat sang tuan tertawa sambil menjewer Madelina, terlihat menggemaskan namun juga prihatin pada nona kecil mereka yang nampak mendumal kesal.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
See you next chapter
Jangan lupa follow akun Wattpad aku supaya kalian selalu dapet notif seputar cerita aku!
rbilqisasiah

Terimakasih

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang