13✔️

11.9K 1.8K 63
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Semua berkumpul diruang makan untuk menyantap makanan kenyal dan manis buatan Michelina. Sejenis mochi tapi Michelina menamainya bola-bola kenyal membuat hal itu menjadi lelucon bagi Madelina.

"Lihat bola-bola kenyal ini,"Madelina menatap dengan serius, seolah sedang mengobrol dengan benda kenyal itu.

"Makanlah dengan benar, kau terlalu banyak bicara."ujar Louis sambil menyuapkan mochi dengan tangannya kemulut Madelina yang sedikit terbuka.

Madeline menerima suapan itu dan mangut-mangut, "Kau juga, ini ..."Madelina memasukkan satu kemulut Louis yang diterima pemuda itu dengan raut wajah yang tak berubah sama sekali, terlihat datar.

Carlos berdecit, "Kak, kau terlihat seperti bayi jika disuapi —"

Bola-bola kenyal itu masuk tepat sasar saat Madelina melemparnya kearah mulut Carlos yang terbuka, "Ohh ... bayi kedua seperti menyukai suapan itu." goda Madelina dengan senyum miring dibibirnya.

Michelina mengusap lengan Carlos menenangkan, lalu gadis itu menyodorkan susu coklat. "Bayi juga harus minum susu, ini Kakak ..."ujar Michelina dengan tatapan polos bak malaikat.

Madeline memukul-mukul meja dengan heboh sambil tertawa, lalu bertos ria setelahnya dengan Michelina. Duke Jezon terbatuk menahan tawa saat melihat wajah Carlos menggelap.

"Seperti kau tertular kelakuan Madelina, mulai berani jail huh?"ucap Carlos setengah kesal, akan perbuatan adik kesayangannya itu.

"Enak saja, Helina hanya menujukkan sisi aslinya. Betul tidak?"tanya Madelina yang diangguki polos oleh Michelina. Carlos mendengus sebal namun lebih memilih diam.

Suasana menjadi tenang untuk beberapa saat sebelum Michelina mengajukan satu permintaan.

"Ayah boleh aku meminta guru, untuk tutor mengendalikan spirit ku nanti?" Duke Jezon terdiam untuk sesaat, sebelum akhirnya mengangguk.

"Ayah akan carikan yang terbaik untuk mu."jawabnya.

Duke Jezon melirik Madelina yang masih asik menyantap kudapan tampak tak terganggu dengan obrolan dirinya dengan Michelina.

"Kau juga ingin ku carikan guru juga?"tanya Jezon membuat gerakan keempat anaknya itu terhenti untuk beberapa saat.

Madeline mendongokan kepalanya, menatap Duke Jezon sebentar, sebelum menggelengkan kepalanya menolak.

"Ayah menawari gadis lemah itu?"sarkas Carlos berdecit meremehkan, namun malah diangguki oleh Madelina.

"Itu benar, aku akan pingsan deluan sebelum latihan itu dimulai."ucap Madelina dengan santai.

"Kalau Duke mau, berikan saja aku akses keperpustakan istana kekaisaran. Itu akan menjadi peluang yang cukup besar untuk ku,"

"Jika aku lemah dalam fisik, aku bisa mencoba dalam bidang akademik alias otak!" jelas Madelina masih dengan nada yang santai.

"Keluarga Lawrence adalah keluarga yang terkenal dengan ketangkasan dan kekuatannya bak seorang tiran. Kau tahu keluarga kita memiliki banyak musuh, sepertinya kau butuh latihan bela diri juga untuk menjaga dirimu sendiri." usul Louis, Madelina nampak berpikir setelah mendengar ucapan pemuda itu.

Ia melirik Michelina seolah meminta pendapat gadis itu. "Yah ... betapa malang aku, tubuh ini sudah lemah. Jika sudah waktu mati ya sudah lah mau bagaimana lagi."pasrah Madelina karena tak menemukan pencerahan apapun.

Michelina menatap tajam, "Aku kan menjaga mu, kekuatan ku adalah yang terbesar setelah anggota Kekaisaran bukan? Bukan masalah besar untuk melindungi mu nantinya bagi ku, Delina." ucap dengan suara yang nampak tak senang.

Madeline mangut-mangut dan melempar senyum tipis, "Okeii ... mohon bantuannya Helina," menautkan ibu jari dengan telunjuk membentuk oke dengan tangannya.

"Kenapa kau memanggilku dengan sebutan Duke?" Suara Jezon terdengar datar dan dingin begitu tidak bersahabat, sementara Madelina mengerijap untuk beberapa saat.

"Bukannya tuan Duke ini tidak suka dipanggil dengan sebutan Ayah oleh ku? Aku hanya mempermudah semua itu. Itu saja," Madelina mengangkat bahunya acuh.

Duke Jezon terdiam netranya beralih pada pelipis Madelina yang terdapat balutan kain putih untuk menutup luka akibat insiden kemarin.

"Kau marah?"

Madeline mengangguk, "Siapa yang tidak akan marah jika diperlukan buruk? Tapi santai saja lah, lagipula itu sudah berlalu,"tuturnya membuat hati Jennifer sedikit merasa lega.

"Tapi jika itu terjadi lagi, aku akan memilih pergi untuk selama-lamanya dari kalian semua."lanjut Madelina.

Setelah ucapan Madelina terlontar beberapa kaca jendela dimansion mendadak pecah.

Prang!

Prang!

Prang!

Madeline dan Michelina saling memandang, "Apa ada badai besar diluar?" tanya Michelina dengan polosnya.

Madelina yang gemas menoyor kepala gadis itu. "Itu pasti penyusup!"ujarnya dengan percaya diri dan berakhir langsung mendapatkan toyoran dari Carlos.

"Itu akibat iblis yang mengamuk kau tahu,"bisik Carlos sambil melirik sedikit kearah sang Ayah yang masih bisa terdengar oleh semua orang.

Madeline yang hendak protes menutup mulutnya saat bersitatap dengan netra sang Duke yang terlihat semakin merah seperti warna merah darah yang begitu kental dan menyeramkan.

"Kau tidak akan pergi kemanapun gadis lemah, itupun jika kau tak ingin mati begitu saja dan berujung mempermalukan keluarga ini. Jadi dengar ini baik-baik! Ini berlaku sampai kapanpun."tegas sang Duke sebelum berlenggang pergi dan meninggalkan ruangan itu yang mulai hening.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Absen absen kapan kalian nemu cerita ini

Jangan lupa untuk vote yaaa

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang