Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Suasana hening penuh rasa canggung terasa di ruang tamu mansion teratai. Madelina baru saja diobati oleh ksatria yang kini masih mengusap minyak pada permukaan pergelangan kakinya.
"Bagaimana? Apa sudah lebih baik dari sebelumnya?"tanya Cleo mendongok kearah gadis yang duduk dihadapannya.
Madelina mengangguk, matanya masih berkaca-kaca setelah tadi menahan jeritan. "Sudah lebih baik, terima kasih." ungkap Madelina lirih. Gadis itu benar-benar gengsi untuk menangis atau menjerit, ia terlalu malu.
Cleo terkekeh pelan. "Mengapa nona menahan jeritan? Ini pasti sakit tapi nona sama sekali tidak merintih," ujar Cleo.
"Anda sangat kuat ya." puji ksatria itu. Pipi Madelina merona karena malu. "Itu—" Madeline nampak bingung akan menjawab seperti apa.
Dirinya bertambah malu saat suara nyaring dari perutnya bergemuruh. Astaga ia sampai lupa tengah kelaparan. Madelina tak punya keberanian untuk menatap pemuda didepannya. Madelina menolehkan wajahnya kesamping.
"Anda lapar?"
Madelina menggeleng.
Cleo tersenyum. "Anda pasti lapar, bagaimana jika saya memasakan sesuatu untuk anda?" tawarnya dengan baik hati. Madelina lagi lagi menggeleng, menolak secara sepihak.
"Tidak perlu kau boleh pergi. Aku akan memakan buah apel saja." nada bicara Madelina mendingin, gadis itu benar-benar ingin Cleo segera pergi.
"Kalau begitu biar saya siapkan buahnya anda tunggulah disini." Pumuda itu dengan sigap mengambil keranjang kecil apel Madelina untuk dicuci.
"Tidak! Mengapa kau melakukan ini semua, pergilah!" tolak Madelina, ia tak ingin berurusan dengan tokoh mana pun. Ia benar-benar ingin menghindar mereka semua.
"Nona ..."
"Mengapa kau bersikeras?! Mengapa kau tidak mendengarkan ku, apa karena aku tidak punya otoritas sebagai keluarga Lawrence?"
Cleo menggeleng. "Anda salah paham, saya hanya ingin membantu." sanggah Cleo dengan lembut. Madelina menghela nafas panjang.
"Kau mengasihi diriku? Iya begitu kan? Aku tidak perlu semua itu, jadi sebaiknya anda pergi." usir Madelina dengan kasar. Gadis itu melayangkan tatapan datar yang menusuk.
Cleo tak mengindahkan perkataan Madelina, ksatria itu tetap pergi ke dapur dan menyiapkan buah dan segelas susu hangat untuk dirinya.
"Saya akan pergi setelah anda makan."
Madelina menyandarkan punggungnya dikursi. Ia mengambil potongan buah apel dengan garpu. Lalu melahapnya dengan berat hati.
"Puas?" tanya Madelina.
Cleo pemuda itu masih berdiri tegap, pandangan meredup. "Anda akan selalu butuh orang lain Nona, terlepas anda lemah atau tidak. Manusia tetap makhluk sosial, mereka tak bisa tinggal dan bertahan sendiri." ungkap Cleo dengan suara rendah.
Madelina menatap pemuda itu. "Naif sekali, jika kau ingin berbuat baik, lakukan itu pada kembaran ku saja. Michelina, kau akan mendapatkan timbal baik yang menyenangkan dari pada berusaha membantu tokoh lemah seperti ku,"
"Seperti kata mu, kita makhluk sosial, kita butuh orang lain. Artinya orang itu harus cukup berguna bagi kita. Sedangkan aku? Kau tidak akan mendapatkan apapun, jangan menjadi orang bodoh Tuan." ujar Madelina penuh sarkas.
Cleo menghampiri Madelina, pemuda itu dengan berani memeluk dirinya.
"Biarkan aku menjadi orang bodoh, hanya untuk dirimu. Karena aku tahu jelas rasa sakit seperti apa yang kau alami," ungkapnya dengan penuh perasaan.
"Tidak ada manusia yang benar-benar lemah, mereka hanya tak cukup berani membuka hati untuk menerima." lanjut Cleo dengan lugas.
Madelina bingung. Mengapa tokoh satu ini justru bersikeras tinggal disisinya setelah ia tolak. Setelah ia berusaha menghindar.
Apa mungkin ia harus menerima dan menarik tokoh satu ini kepihaknya? Seperti itu ide bagus. Karena untuk bertahan kita juga butuh sekutu.
"Delina, kau bisa memanggil ku dengan nama itu." gumam Madeline.
"Mau kah kau menjadi seseorang yang penting untuk ku? Mau kah kau melindungi orang lemah seperti ku tanpa meminta timbal balik? Kau benar-benar mau?" tuntut Madelina dan pemuda yang memeluknya tadi menganguk tanpa berfikir panjang.
"Kau memang bodoh." tutur Madelina sebelum membalas pelukan pemuda itu.
Cleo, meski rasanya aneh. Pemuda itu ingin sekali memiliki status yang berarti untuk gadis dalam pelukannya. "Aku akan menjadi kakak mu mulai sekarang. Jadi dengarkan ini adik. Hiduplah dengan lebih baik mulai sekarang ya."bisik Cleo.
Karena yang paling tahu tentang keterasingan dan rasa sendirian. Cleo ahlinya, karena seumur hidup ia sendiri belum pernah mendapatkan pengakuan apapun termasuk dari keluarganya.
Jadi karena itu, Cleo ingin menjadi salah satu sosok yang diimpikan oleh Madelina sendiri. Yaitu memiliki seorang kakak.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasy[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...