57✔️

15.3K 1.4K 196
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Suasana seperti ini pernah terjadi sekali dan itu membuat kehidupannya terasa menemui akhir. Seorang Jezon de Lawrence paling tidak menyukai hal ini.

Beberapa keluarga bangsawan sudah berkumpul dimansionnya.

Mereka terlalu lancang saat memakai baju serba hitam saat bertamu. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menampilkan wajah sedih.

"Michelina, Ayah bertanya dimana Madeline kenapa kamu membawa Ayah kemari?" tanya Duke Jezon, sumpah demi apapun pria paruh baya itu tengah menekan segala pikiran negatif yang hilir mudik dikepalanya.

Tangis Michelina pecah, ia menggeleng. Jawaban ambigu itu jelas semakin membuat darah Jezon berdesir cepat, seluruh ketakutan didalam dirinya tak bisa tertahan lagi saat menghadap kearah peti kotak mati.

"Tidak." Jezon menggeleng lemah. Berusaha menepis semua prasangka.

Namun saat jaraknya semakin terkikis. Wajah cantik putrinya yang lain terlihat, Duke Jezon tumbang.

Kakinya seketika tak memiliki energi untuk sekedar menopang diri.

Para bangsawan pria membantu, satu dua dari mereka berusaha menguatkan Jezon dengan kata-kata. Tapi Jezon tak butuh itu, ia hanya butuh putrinya tetap hidup. Hanya itu.

"Madeline, tidak ini tidak mungkin. Eliza jangan bawa putri kita lebih dulu," Duke Jezon meracau.

Ia tidak lagi ketakutan tapi rasanya lebih menyakitkan dari itu, rasanya seperti mengulang kesakitan yang sama.

Michelina mencoba menguatkan sang Ayah. Gadis bersurai putih itu mendekap tubuh tegap Jezon.

Dengan dibantu beberapa bangsawan. Duke Jezon menghampiri peti mati milik Madeline, putrinya.

Madeline putrinya, kesayangannya. Kemiripan Madeline terhadap Elizabeth selalu menjadi bumerang panas yang mengingatkan masa indah bersama sang istri.

Malam-malam dimana saat putri kecilnya sakit dan dia hanya mampu melihat dari jauh untuk memastikan anaknya masih bertahan kembali menyayat hatinya.

Duke Jezon tak pernah benar-benar abai, namun ia juga tak pernah berniat menujukan kasih sayangnya.

Takut kalau itu bisa mengancam nyawa putri kesayangannya. Putri yang satunya ini sangat lemah, sekalipun menerima berkah dari Dewi.

Tak pernah ada satupun pembunuh bayaran yang menyerang Madeline, seperti menyerang Michelina tiap malam.

Gadis bersurai putih disampingnya kuat, tapi juga masih butuh perlindungan saat makanan saja masih banyak yang sering menaruh racun untuknya.

Ia tak punya solusi lain untuk membiarkan Madeline aman selain mengabaikan putrinya itu.

Ingatan Duke Jezon berpacu pada tragedi kebangkitan iblis yang dilakukan Ericsson.

Flashback on

"Kita butuh kedua putri anda Duke." Matteo dengan tampang yang kini 5 tahun lebih dewasa datang dengan kuda hitam kesayangannya, pedangnya tak berhenti menebas bahkan saat ia mendekat kearah Duke Jezon.

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang