Please ajakin dan tag temen kalian yang juga suka cerita fantasi transmigrasi kaya gini juga, biar cerita ini makin rame (◕ᴗ◕✿)
Aku double up deh kalo dari kalian banyak yang ajakin temennya buat baca cerita ini hhhaa ...Love you ..
***
Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Entah apa yang dipikirkan Xander, tapi pemuda itu membawa tubuh Madeline ke kamarnya. Madeline sudah tak sadarkan diri dan dengan baik hatinya Xander membanting tubuh gadis itu dikasurnya.
Nafas Madeline sedikit tak teratur, ketukan pintu kamar miliknya mengalihkan perhatian Xander dari gadis itu. "Masuk!" Xander duduk di kursi tak jauh dari ranjangnya.
Seorang pelayan yang nampak baru ia lihat kini memberi salam dengan sopan.
"Maaf tuan saya izin membawa Madeline ke kamar khusus pelayan."ujarnya, dia Lily, pelayan itu tidak menaikkan pandangnya nampak begitu hormat pada Xander.
"Biarkan saja, ada hal yang harus aku lakukan padanya, pergilah." Lily nampak terkejut, jarinya bergerak gelisah, memikirkan nonanya yang bisa saja jauh sakit menghantui pikiran Lily.
"Tapi pangeran—" Xander melayangkan tatapan tajam, nyali Lily menciut ia takut pangeran satu ini akan langsung memenggal kepala.
"Kalau begitu saya permisi."dengan berat hati Lily pergi dari sana, Xander menumpuk dagunya sambil kembali memandangi Madeline.
Mata merah gadis itu yang mengkilap dengan berani, seolah tak takut pada dirinya yang dikenal sebagai dewa kematian. "Gadis ini, benarkah dia hanya seorang pelayan?" Xander bertanya-tanya.
Xander menggigit bawah bibirnya, menyadari satu kemungkinan yang sejak kemarin menjadi salah satu hal mengganjal dalam pikirannya.
Si penyusup ...
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Malam tiba tapi Madeline belum juga membuka matanya, Xander bukalah pengangguran hingga harus menunggu sampai gadis itu bangun, pemuda itu tampak sibuk mengerjakan tugas-tugasnya.
Xander menyandarkan punggungnya yang terasa berat, ayahanda memberikan tugas memberantas pemberontak di ibukota, ia menghela nafas panjang.
"Apa bocah ini mati suri?"gumam Xander, pemuda itu naik ketempat tidur dan memeriksa nafas Madeline yang nampak tipis dan sedikit tak teratur.
Xander menyalurkan sedikit mana penyembuhan, nafas berangsur angsur stabil.
Aroma lavender dari Madeline mengingatkan Xander kepada sang ibu. Ia mengepalkan tangannya, rasa rindu ini selalu menjadi siksaan paling dihindari oleh Xander.
Bertanya-tanya kemana ibu pangeran itu pergi? Kau pasti tak akan menyangka dengan peraturan bodoh Kekaisaran ini yang mengharuskan setiap istri kaisar yang sudah berhasil mencetak keturunan akan diasingkan untuk sementara waktu, dengan dalih untuk membentuk para putra kerajaan yang tahan banting.
Hal gila yang jelas memuakan.
Di percaya kasih sayang hanya akan membuat seseorang menjadi lemah, analog itu dicetus sendiri oleh kaisar saat ini, Damian de Rawless.
Xander memilih membaringkan tubuhnya disamping Madeline menghirup aroma lavender dari tubuh gadis itu, beberapa saat kemudian Madeline nampak bergerak gelisah.
"Sialan! Kakak mengambil cemilanku, kaparat satu ini!" Mata gadis itu masih terpejam namun ucapan jelas cukup kencang dengan penuh emosi, gadis itu nampaknya baru saja mengigau.
Xander terkekeh, bahkan saat tidur gadis ini juga bisa mengumpat. "Kau ini, dasar gadis aneh."tutur Xander, pemuda itu mulai menutup matanya yang memberat.
Madeline mencari posisi paling nyaman, ia mulai berbaring menyamping tangannya merasakan tangan kekar seseorang, pikiran Madeline sepenuhnya tertuju pada Louis, karena kakak pertama itu sering tidur dikamarnya.
Madeline memeluknya tubuh pemuda disampingnya tanpa membuka matanya yang memang seperti sudah di lem rapat-rapat, "Sebelum Kakak pergi ke akademi aku punya hadiah di laci, ingatkan aku untuk memberikan itu besok hm,"ujar Madeline, Xander yang belum sepenuhnya terlelap mendadak kaku saat dipeluk oleh gadis itu.
"Kau tahu, Kak Carlos cemburu karena aku bilang kau adalah Kakak favorit ku, aku sangat menyayangimu." Madeline menyusup kepalanya kedada bidang Xander, tak ada penolakan, pemuda itu sibuk dengan keterkejutannya.
"Kakak favorit?" Xander membeo, suara pemuda itu yang berat jelas berbeda dengan Louis, mata Madeline langsung mengerijap membuka matanya dengan paksa.
Ia mendongokan, netra hijau menyorot manik merah miliknya. Madeline seketika berteriak dan mendorong tubuh Xander menjauh.
"Bajingan! Huaaa ... Kakak ada penyusup!"Madeline berteriak namun detik segera menyadari kebodohannya, ia lupa tempatnya sekarang. Ia meringis.
"Ahh ... Kenapa otak ku ini mendadak bodoh."gumam Madeline meratapi perilakunya. Xander menatap dengan sorot mata tajam.
"Benarkah kau sekedar pelayan?" pertanyaan itu membuat Madeline melebarkan matanya.
"Oh itu—"
Sibuk mencari alasan, Madeline tersadar ketika menelisik ruangan tempatnya sekarang berada ini, adalah sebuah kamar.
Matanya membulat sempurna lalu berbalik dan menghadap Xander.
"Tunggu, mengapa aku tertidur dikamar ini?! Apa kau—" Madeline menujuk Xander lalu memeluk tubuhnya sendiri, raut wajah Madeline kini memucat. Jelas pikiran gadis itu melayang ke hal negatif.
Xander terbahak. "Aku tidak meniduri mu dasar bodoh, tubuh mu yang rata itu, aku—"
Prang!
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Prang dum prang, eyaaa
Bunyi apaa tuhh?Yuk lahhh ajakin temennya baca cerita ini
atau
Kalian juga bisa share cerita ini ke media sosial kalian, bebas!Dan yang terpenting juga tinggalkan jejak! Vote yaaa, anak baik ...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasia[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...