10✔️

12.8K 1.8K 112
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Michelina berdiri dengan penuh otoritas, dia pemeran utamanya. Seluruh alur ada ditangannya. Michelina yang berjiwa Karamel hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk bertahan didunia asing ini dan memberikan akhir yang bahagia untuk semua tokohnya.

Termasuk Madelina.

Penolakan Madelina tak menyurutkan semangatnya, atau membuat ia mengubur dalam keinginan untuk menciptakan kehidupan tenang dan damai dimasa depan.

Egois? Tentu saja tidak, bukankah semua orang akan mendapatkan manfaat nantinya jika alur cerita tak sesuai novel, ia bisa membuat akhir bahagia untuk semua tokoh.

Benar begitu. Pikirnya.

Michelina membalas tatapan Cleo, ksatria itu harus berada dibawah naungannya, seperti dalam novel aslinya.

"Helina," panggil Madelina membuyarkan lamunannya untuk sesaat, netranya beralih pada saudari kembarnya itu.

"Tidak bisakah kali ini saja, kau melepaskan kebahagian ku? Aku sudah membencimu dan aku tidak lagi tahu, kata apa yang pantas menggambarkan perasaan ini jika kau mengambil Kak Cleo." ujar Madelina terdengar lirih.

Namun Michelina memilih abai karena memang ini semua demi kebaikan bersama.

"Ini demi kebaikan bersama Delina, mengertilan," jawab Michelina bijak.

"Ayah tolong kabulkan permintaan ku." tutur Michelina. Duke Jennifer sendiri tengah memandang Madelina dengan datar.

"Lakukan, sesuai keinginan Michelina." jawab sang Duke tanpa ragu. Pria paruh baya itu memilih pergi setelah mengatakan itu. Ia tak ingin hatinya merasa semakin sakit jika harus melihat Madelina.

Madelina mencengkram baju sang dokter erat. "Antarakan aku ke mansion teratai." pintanya berbisik pada sang Dokter. Tenggorokan terasa tercekat hanya untuk berbicara kembali.

Cleo sudah dibawa oleh para prajurit, sang Duke sudah memberi izin pada putri kesayangannya, lalu Madelina harus apalagi selain menyerah?

Madelina digendong oleh sang dokter, gadis itu terlihat tidak keberatan. Saat melewati Michelina, Madelina langsung membuang muka.

Sementara gadis itu, Michelina menuduk dengan perasaan tak enak hati. "Siapakan upacara sumpah darah hari ini juga tuan Handrik,"pinta Michelina.

Carlos dan Louis menghampiri Michelina dan memberi dukungan penuh atas apa yang gadis itu lakukan sekarang.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madeline baru saja sampai dimansion teratai miliknya dan langsung disambut oleh Lily didepan pintu dengan tatapan penuh rasa cemas.

"Nona! Anda baik-baik saja?"tanya Lily setengah berteriak.

Madelina memelototi pelayan pribadinya itu dengan garang. "Kau ingin ku penggal? Suara mu merusak pendengaran ku,"ujar Madelina dengan kesal.

"Aku ingin langsung beristirahat, dan tolong jangan ada yang berani mengganggu ku." Lily nampak tak senang dan ingin protes namun Madelina memberikan peringatan keras.

Ancam Madelina dengan gerakan tangan yang mengilustrasi memotong lebar.

"Nona itu sangat menyeramkan, " meski berkata seperti itu, Lily masih bisa terkekeh, mungkin karena mulai terbiasa dengan Madelina yang sering berkata sarkas atau mengancamnya dengan hal hal sadis.

Dokter ikut terkekeh mendengar hal itu."Nona, saya sudah memberikan resep obat pada pelayanan pribadi anda. Jagalah kesehatan anda."

Madelina mengangguk mengiyakan.

"Eum dokter boleh aku bertanya?"

Dokter melempar senyum. "Tentu saja Nona, tolong jangan sungkan seperti itu." sahut sang Dokter.

"Dokter dimana tempat paling damai dikekaisaaran ini? Sepertinya perasaan ku terlalu sering meledak-ledak, aku butuh kedamaian." tanya Madelina.

"Kekasisaran sebrang adalah tempat yang tepat Nona," usulnya sambil tersenyum misterius, Madelina tidak tahu arti senyum itu. Tapi ada sesuatu yang tidak beres dengan ekspresi dan gerak gerik dokter tersebut.

Jadi Madelina hanya mengangguk, "Tapi itu mustahil, sudahlah. Aku ingin istirahat anda boleh pergilah sekarang,"

"Terimakasih banyak untuk semuanya Dokter."tutur Madelina sebelum merebahkan tubuhnya dikasur senyaman mungkin.

"Mari kita melakukan hibernasi,"gumam Madelina sebelum memejamkan matanya.

Melihat nona kecilnya tertidur, Lily membenarkan selimut Madelina dan keluar dari kamar tersebut bersama dengan sang Dokter.

Setelah diluar kamar, Lily dan Dokter itu saling memandang. Namun sedetik kemudian tubuh Lily terkulai lemas, dan dengan cekatan dokter tersebut membopong tubuh pelayanan itu pergi dari sana.

"Rencananya akan dilakukan lebih awal," tutur Dokter tersebut, menyeringai.

↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞


Gimana perasaan kalian baca cerita ini? Komen dibawah yaaa ^^

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar dibawah, ada typo atau semacamnya boleh ditandai yaaa

See you next chapter ❤️
'''''''''''''''''''''.
|Update tiap hari. Jadi jangan lupa masukin cerita ini keperpustakan kalian yaaa, dan follow akun Wattpad aku rbilqisasiah biar selalu dapet notifikasi terbaru nyaa|

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang