Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Michelina hari ini dibuat pusing tujuh keliling karena dua pemuda yang kini selalu menempel pada dirinya.
Dua pemuda itu adalah Matteo dan Sean. Dua pemuda yang terlihat sama-sama melayangkan tatapan tajam dibalik senyum yang ditunjukkan dihadapan dirinya.
"Tuan Sean apa anda seluang itu? Bukankah sebaiknya anda pergi dari sini, saya ingin berduan dengan calon tunangan saya." Matteo melayangkan tatapan dingin.
Sean mengangkat bahunya acuh.
"Bukankah Anda juga seharusnya sedang sibuk dengan setumpuk tugas sebagai putra mahkota, yang mulia?" Sean nampaknya tak mau kalah dan malah menyerang balik.
Sementara Michelina memijat pelipisnya. "Tidak bisa kah kalian akur? Kekanak-kanakan sekali." sarkas Michelina yang memang sudah geram.
Matteo melotot, "Siapa yang kau bilang kekanakan-kanakan?"
Sean berdesis. "Tentu saja anda yang mulia." Pemuda itu menyahut dengan percaya diri. Matteo jelas tak terima dan hampir mengeluarkan pedang dari sarungnya.
Michelina memutar bola matanya. "Kalian berdua lebih baik pergi, aku sedang sibuk hari ini. Kita akan berbincang-bincang dilain waktu saja ya?" Michelina jelas hanya mencari alasan agar bisa lepas dari jeratan dia pemuda dihadapannya itu.
"Tentu nona." Sean melempar senyum termanisnya dan itu membuat Matteo mendelik tajam. Untung saja pemuda bernetra violet itu langsung berpamitan untuk pergi.
"Sungguh Helina, aku ingin mencekiknya dan melempar tubuh pemuda itu ke kandang buaya!"gerutu Matteo.
Michelina terkekeh pelan, dari samping Matteo melihat Michelina terlihat lebih bersinar dan cantik saat gadis itu tertawa lepas.
Tangan Matteo terulur. "Kamu terasa terlalu sempurna untuk ku Helina." Gadis bersurai putih dengan netra merah itu tak bergeming, dia juga tak menolak saat tangan Matteo mengusap surainya dengan lembut.
"Pangeran ..." ucapan Michelina terhenti saat Matteo mendekatkan dirinya.
"Bolehkah aku kepang rambut mu?"
Michelina mengerijap, matanya berkedip lucu membuat Matteo terkekeh gemas. "Coba sekarang berbalik kebelakang, aku ingin mengepang rambut mu."
Michelina menurut.
Matteo mengepang dengan penuh kehati-hatian. "Pertunangan kita akan dilakukan satu bulan lagi. Tapi aku takut akan ada rumor yang tidak sedap jika saudari kembar mu belum ditemukan, kau tahu kan, aku bisa menghukum siapapun. Tapi tidak bisa menghentikan ocehan para bangsawan untuk menggunjing mu nantinya?" tutur Matteo panjang lebar.
Michelina mengerti akan hal tersebut. "Madeline akan pulang, dia tidak akan lama."balas Michelina yang jelas tahu rencana kembarannya itu.
"Ku harap begitu."
Pikiran Matteo melayang ke seseorang yang juga mengganggu hatinya. "Helina bolehkah aku bercerita? Tapi berjanjilah untuk tidak cemburu apalagi marah nantinya pada ku." tanya Matteo dengan hati-hati.
Kepangan itu selesai dibuat, Michelina mengangguk sebagai balasan.
"Kau tahu aku memiliki sahabat kecil yang mencintai ku, Rafelina, dia sering menempeli ku. Tapi sekarang bahkan ia tak menampakan dirinya saat ada kabar aku akan bertunangan." ada nada sedikit kecewa membuat dahi Michelina menyeringat.
Rafelina? Antagonis asli cerita ini. Michelina tahu betul karakter asli Rafelina yang manifulatif, tapi mendengar sang antagonis itu bahkan tak menampakan dirinya saat mendengar kabar pertunangan sang pujaan hati membuat Michelina bingung.
"Mungkinkah Nona Rafelina sedang sakit pangeran?" tebaknya.
Matteo menggeleng. "Dia bahkan mulai belajar berpedang dan memanah setiap hari, tidak mungkin disakit."jawabnya.
"Kau merasa kehilangan? Kenapa nada bicara mu seperti seseorang yang sedang patah hati." Michelina terkekeh sinis, tahu bahwa Matteo jelas memiliki sedikit perasaan pada antagonis tersebut.
"Jangan salah paham Helina, aku menyayangi Rafelina sebagai seorang sahabat."
"Dan sayangnya tak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang murni pangeran, mereka sering terlibat perasaan satu sama lain."sarkas Michelina, membuat Matteo tertegun.
"Maaf jika perkataan ku ada yang membuat mu tidak nyaman, aku hanya—"
"Kau bebas memiliki perasaan pada siapapun pangeran, tak ada yang bisa melarang. Kecuali jika status kita sudah resmi nanti, kau hanya akan menjadi milik nona Lawrence ini seorang, tidak ada yang lain." tegas Michelina.
Matteo tersenyum. "Aku akan selalu menjadi milik mu, bahkan sebelum status itu resmi untuk kita jalani."jawan Matteo dengan percaya diri.
"Tidak ada yang tahu isi hati seseorang, bahkan dirinya sendiri bisa saja salah." Michelina mengakhiri pembicaraan ini dengan kata-kata yang jelas membuat Matteo merasa bimbang.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Disini lain Rafelina sang antagonis, teman sebaya pangeran mahkota. Gadis dengan surai hitam bernetra violet kini tengah termenung.
Hatinya sakit setiap kali ingat bahwa pujaan hatinya akan menjadi milik gadis lain. Namun dunianya terlalu berantakan, jika dia hanya sibuk mengejar cinta itu hanya akan menambah penderita hidupnya dimasa depan.
"Hauri, kapan aku bisa bertemu dengan Madeline? Aku tidak sabar bertemu dengan gadis yang mengirim mu kemari." tutur Rafelina. Gadis itu bergerak gelisah.
"Akan ada waktunya nona, nona harus sedikit bersabar." balas pelayan tersebut dengan hormat.
Rafelina menopang dagu, "Ya aku tidak sabar untuk bertemu dengan rekan ku itu." sebuah senyum penuh arti tercetak dibibir cantik gadis bernetra violet itu.
"***"
Tinggalkan komentar terbaik kalian ❤️Jangan lupa vote yaaa
Rafelina bergabung bersama Madelina jadi?
Power rangers 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasy[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...