Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Pekerjaan di hutan Carcoba ternyata berjalan dengan lancar, tepuk tangan pada para prajurit yang sebagian memiliki spirit tanah dan air yang memudahkan semuanya.
Ruang lingkup mereka dilindungi lapisan dinding yang dibuat Louis agar tak ada hewan yang dapat mengganggu, dan untung semuanya berjalan lancar.
Madeline kini tengah membantu beberapa prajurit mengolah ikan, mereka membakar ikan segar tang baru saja berhasil ditangkap, Louis masih sibuk memeriksa semua proyek nya sekali lagi untuk memastikan tidak ada masalah.
"Wah ini enak! Manis,"puji Madelina begitu bersemangat, salah satu prajurit itu merona karena dipuji oleh majikannya yang sangat cantik itu.
"Tentu nona itu ikan segar, jadi rasanya ada sensasi manisnya."jelas prajurit itu, dan Madelina mengangguk-ngangguk sebagai respon.
Madeline celingukan, Louis belum juga kembali. Haruskah ia mencarinya, ah tapi itu terlalu merepotkan. Oh lebih baik ia berjalan disekitar sungai sambil menikmati ikan bakar ditangannya.
"Aku kesana sebentar, jika kakak datang suruh dia menyusul oke, aku akan beristirahat dan duduk di batu besar itu."Madelina menujuk batu yang tak jauh dari sana, prajurit itu menimang sebentar sebelum mengangguk.
"Jika ada sesuatu teriak saja nona, jaraknya dekat." ujar prajurit itu.
Madeline mengangguk lalu berjalan pelan kearah sana, sambil menikmati pemandangan dan angin malam yang mulai menusuk kulitnya.
Air sungai itu begitu jernih, Madelina menikmati ikan bakar itu dengan santai. Namun itu tidak bertahan lama saat terdengar gerasak gerusuk dari balik semak.
Madeline memasang mode siaga, ia bersiap untuk berteriak jika ada sesuatu yang berbahaya. Namun saat kepala putih berbulu muncul ia mengerijap pelan.
Itu singa?
Tapi ukurannya sangat kecil, ohh gemasnya. Apa dia anak dari singa yang tadi saat diperjalanan? Madeline melangkah mendekat, singa kecil itu tampak menggaum kecil seolah memperingati agar tidak mendekat.
Madeline mengelus bulunya, namun singa itu malah mencakar tangannya.
"Ahh ... singa kecil sialan! Aku hanya ingin— Eh kau terluka?" Amarah Madeline mereda, ia memfokuskan dirinya pada luka seperti sayatan pada tubuh singa berukuran seekor anjing itu.
Madeline memejamkan mata, ia menyentuh luka singa itu dengan perlahan. Cahaya hijau memancar dari telapak tangan, spirit penyembuhan. Madeline memberikan sedikit berkahnya itu, dan singa itu langsung terdiam dan perlahan mengantuk.
Jika ditanya Madeline tahu dari mana tentang berkah dalam tubuhnya, maka jawabannya adalah ia tak sengaja menguping pembicaraan Duke dan kedua kakaknya yang memaparkan tentang alasan dirinya diasingkan.
Saat itu Louis maupun Carlos marah pada Duke karena merasa dibohongi selama ini, namun mereka tak bisa berbuat banyak, merajuk pun percuma karena sang ayah tidak akan mempedulikan hal itu.
Madeline menghela nafas, ia mengusap bulu hewan itu yang kini sudah tertidur. "Aku minta maaf jika ibu atau ayah mu yang terkena serangan siang tadi heum ..."gumamnya, lalu setelahnya ia meninggalkan hewan kecil itu disana.
Langkah Madeline terhenti saat tak sengaja berpapasan dengan Louis, "Kakak sudah makan?"tanya Madeline sambil membenarkan letak jas Louis yang sudah tak serapih tadi pagi.
"Sudah, oh ya ... mari kira pulang sekarang. Semuanya sudah selesai dan untung juga berjalan lancar, huft aku kira akan merepotkan mengingat hutan ini cukup berbahaya."keluhnya.
Madeline terkekeh, lalu berjinjit mengecup dahi Louis sebentar. "Kerja bagus Kakak,"ujarnya ditambah senyum tipis hal itu membuat pipi Louis bersemu merah.
"Kau adik yang sangat manis eum," Madeline mengibas-ngibaskan tangannya, "Itu karena nanti aku kan lebih sering memanfaatkan mu, bukankah aku harus bersikap baik dari sekarang eum."jawabnya secara gamblang.
"Dasar, kau ini yaa."Louis menggelengkan kepalanya sambil berlenggang pergi, dengan Madeline yang ia rangkul disampingnya.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasía[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...