56✔️

7.8K 1.2K 68
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Katanya hidup itu berputar, seluruh yang berjalan pada akhirnya akan melawati fase dimana akan berhenti juga. Entah berhenti untuk sesaat atau benar-benar berhenti untuk selamanya.

Yang paling menyakitkan dalam hidup adalah, ekspetasi yang ditanamkan orang lain dan seluruh ketakutan dimana manusia mengira hidupnya tidak pernah mencapai kata bahagia.

Mereka atau memang seluruh manusia selalu takut sendirian. Itu manusiawi bukan? Bukankah kita memang tidak bisa hidup sendirian.

Tapi ada yang lebih menakutkan dibandingkan merasa sendiri, yaitu perasaan kehilangan.

Bugh!

Bugh!

Itu bukan pukulan kesatu atau kedua, itu sudah pukulan yang bahkan tak ingin dihitung oleh siapapun.

Carlos, pemuda itu berbaring lemah dengan tubuh yang bahkan hampir tak terlihat bentuknya karena darah mengalir dari beberapa bagian tubuhnya terutama bagian kepala.

Duke Jezon mungkin sudah gila. Saat Louis harus menarik sang Ayah untuk membiarkan adik laki-laki setidaknya bisa bernafas untuk esok.

"Ayah ingin membunuhnya?! Pikirkan Madeline, dia butuh Ayah disisi nya sekarang!"Louis sama kacaunya saat tahu adiknya ternyata telah meneguk racun.

Dan dia hampir benar-benar lepas kendali saat tahu bahwa racun yang diminum adik perempuannya berasal dari adiknya yang lain.

"Jangan membuat ku benar-benar kehilangan kewarasan!"

Namun ucapan lirih dari Carlos hampir membuat Jezon kembali melayangkan pukulan jika saja Louis tak menahannya kembali.

"Kenapa berhenti? Madeline bisa saja mati Ayah, hukum aku lebih dari ini."pinta Carlos, mata pemuda itu bahkan hampir tertutup sepenuhnya. Dengan wajah yang sudah benar-benar mengenaskan. 

"Diam Carlos!"

Setelah mendengar nada peringatan dari Louis, Carlos hanya mampu terisak. Ia merasa bodoh pernah melakukan hal paling tidak manusiawi.

"Lihat diri mu, benar-benar terlihat seperti gambar yang pernah ku buat." suara lembut menyapu keheningan.

Carlos mendongokan wajahnya, tak ada siapapun. Kecuali—

Sosok gadis bersurai hitam yang tengah memamerkan gambar hewan pink dengan tubuh gempal bertanduk.

Seketika tawa Carlos mengudara, mungkin ia sudah mulai gila saat melihat sosok yang harus terbaring tak berdaya kini tengah memandang dirinya dengan tatapan mengejek.

"Bangun cepat! Astaga, apa aku harus membawa kawanan banteng untuk menyeret mu?!"

Madeline. Gadis itu tengah memandang jengkel kearah Carlos. Tangan gadis itu terulur hendak membantu, namun Carlos hanya bisa terdiam.

Ia tak tahu apakah yang berasa dihadapannya ini hanya halusinasi atau benar-benar nyata.

"Kakak, haruskah aku memakai kata-kata lembut yang menjijikkan? Itu bukan diriku sama sekali, tapi yang perlu kau tahu. Setiap manusia punya kesempatan, tapi tidak semua manusia punya keberuntungan untuk mendapatkan itu lagi dan lagi. Jadi jangan pernah seperti aku ya, terus bahagia dan lihat kedepan."ucapan panjang lebar Madeline seperti lagu penghantar tidur, Carlos hampir kehilangan kesadarannya.

Carlos mencoba menggapai tangan sang adik, dan saat tangan itu menyentuh permukaan kulitnya, sensasi dingin terasa oleh Carlos. Ini nyata, dan dihadapannya adalah adik.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Duke Jezon baru saja sadar setelah dipukul oleh Louis untuk menghentikan aksi gilanya. Ia benar-benar hampir kehilangan kewarasan saat dokter menyatakan Madeline tengah berada dalam hidup dan mati.

"Ayah! Apa yang kau lakukan, menyiksa Kak Carlos?!" suara itu membuat Duke Jezon mematung.

"Madeline?"

Gadis bersurai hitam itu masih delam porsinya. Dengan tangan menyilang.

"Jangan lupakan bahwa aku ini memiliki berkah dari Dewi Kehidupan, Ayah tak perlu menyiksa siapapun karena ini semuanya sepenuhnya adalah kehendak ku."

"Madeline? Apa ini benar-benar diri mu, kau baik-baik saja?" senyum terbit dibibir Jezon.

Madeline mengangguk. "Aku sudah sepenuhnya sehat, astaga aku kan sudah bilang aku ini sangat kuat. Aku tidak akan pernah sakit lagi." Madeline nampak menyombongkan diri.

Saat Duke Jenzon hendak mendekap sang putri, pintu kamarnya diketuk.

"Ayah, ada yang pernah bilang padaku jika memang berat untuk memaafkan kita hanya harus bersedia membuka hati, sekali lagi, dan membiarkan kata maaf sedikit demi sedikit menjadi obat untuk hati yang terluka,"

"Sekalipun itu butuh waktu, sekalipun rasa sakit itu mungkin tak pernah benar-benar akan usai. Ayah, jangan hidup seperti ku ya. Jangan.

"Aku menyayangimu." Kini Madeline yang menghampiri dirinya, gadis itu mendekap tubuh sang Ayah dengan erat.

Saat seseorang dari balik pintu kamarnya datang, saat itu juga Duke Jezon kehilangan tumpuannya. Netranya bergetar, putrinya menghilang begitu saja.

"Madeline? Dimana kamu sayang?" Duke Jezon mengedarkan pandangannya.

Didepan pintu sana ada Michelina lengkap dengan baju serba hitam dan bunga Lily putih ditangannya.

"Ayah ..."

°°°
Ketemu lagi di chapter selanjutnya bakalan jadi  ending pasti

Jreng jreng ...

Jangan skip vote and komen sebanyak-banyaknya pendapat kalian tentang cerita ini

Follow akun Wattpad aku juga
rbilqisasiah

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang