15 ✔️

11.9K 1.7K 14
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Makan malam terasa ada yang mengganjal, lebih tepatnya karena Madelina tak berasa disana.

"Apa dia belum membaik?"Duke bertanya, sambil melirik Michelina yang juga terlihat murung.

"Masih seperti tadi siang, dan nampaknya dia juga sudah menangis cukup lama Ayah, matanya sembab."jawab Michelina.

Duke Jezon menghela nafas. Tak ayal bahwa ia merasa bersalah, bagaimana pun kondisi Madelina itu dikarenakan emosi sesaat dirinya waktu itu.

"Aku akan melihatnya dulu kalian lanjutkan makan malam,"pamit Duke lalu beranjak pergi dari sana, pria paruh baya itu menelusuri lorong yang sunyi meski diisi beberapa prajurit disetiap sisinya.

Saat sampai di depan kamar Madelina ada perasaan ragu dalam hatinya yang mencubit sisi ego saat ini.

Saat hendak mengetuk, pintu kamar itu terbuka menampilkan Lily yang baru saja keluar.

"Tuan Duke salam, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lily dengan sopan.

"Apa anak itu sudah makan?" Jezon mundur berusaha tak terlihat dari pintu yang terbuka cukup lebar.

Lily tersenyum sebelum mengangguk. "Nona menghabiskan lima buah apel tuan dan segelas susu sapi hangat tawar."lapor Lily, membuat Jezon mengangguk puas.

"Apa yang sedang ia lakukan didalam? Apa dia baik-baik saja," entah kenapa hari ini Jezon jadi lebih banyak bicara, bahkan pada pelayan sekali'pun.

"Nona sedang membaca buku ditempat tidurnya, saya sudah memandikannya tadi sore dan sebentar lagi mungkin dia akan tidur, Tuan."jawabnya.

"Aku akan masuk, "ucap Jezon, namun ditahan oleh Lily yang menghadangnya tiba-tiba membuat alis Jennifer menukik kebawah, tak senang.

"Ada apa?" tanya Duke Jezon.

"Nona bilang dia sakit, tak ingin diganggu ..."suara yang dikeluarkan pelayan pribadi putrinya itu terdengar berbeda, Duke Jezon mengambil jarak dengan pelayan tersebut.

"Kau!"

Lily tersenyum sangat lebar, tampak menyeramkan bagi yang melihatnya meski hal itu tidak berpengaruh pada Jezon, yang malah melayangkan tatapan tajam.

Terlalu fokus dengan Lily, Jezon menjadi kurang waspada pada sekitar dan—

Hushh ...

Asap putih mengelilingi sekitarnya, asap itu seketika membuat dada Jennifer merasa sesak. Sialan, hanya umpatan itu yang bisa ia layangkan sebelum semua menjadi gelap.

Kejadian itu seolah tak pernah ada, karena tak satupun orang yang menyadari hal itu. Semuanya berjalan seperti biasanya, hanya saja dua orang baru saja menghilang didepan pintu kamar Madelina tanpa gadis itu tahu.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Pagi harinya seluruh kediaman heboh karena Duke yang menghilang tanpa kabar, Madelina, Michelina dan kedua kakaknya pun ikut mencari petunjuk, kalau-kalau Ayah mereka pergi karena keadaan mendesak.

Namun hal negatif dalam pikiran mereka ada, sedang ada pemberontak dikekaisaaran secara besar-besaran dan mereka semua takut Duke sedang terancam.

"Delina, Ayah pergi ke kamarmu. Tidakkah ia memberitahukan sesuatu?" tanya Michelina setengah panik, Madelina mengerutkan keningnya ia menggeleng.

"Bahkan Ayah tak menemui ku Helina, aku begadang tadi malam dan tak mungkin aku melewatkan kunjungannya jika ayah memang menghampiri ku."jawab Madelina, namun semua itu malah membuat mereka semua panik naik memasuki fase kedua.

"Sial, dimana tua bangka itu!"teriak marah Carlos yang sudah sedari malam uring-uringan bersama Handrik dan Louis.

"Prajurit tengah dikerahkan semuanya, dan ingat! Hal ini tak boleh sampai bocor atau kediaman kita bisa saja diserang oleh para pemberontak Kekaisaran." ujar Louis, dia yang paling tenang dan waras meski ketara bahwa ia jika turut khawatir dengan sang Ayah.

Michelina menangis, "Diam Helina, menangis tak akan menyelesaikan masalah."ujar Madelina meski mata gadis itu sendiri juga ikut berkaca-kaca, sial gejolak dihatinya mendorong sisi lemahnya lagi.

Brak!

Suara dari luar membuat mereka semua terdiam, terdengar suara gaduh. Mereka semua siaga, namun saat Handrik muncul dengan membopong tubuh seseorang, semuanya menurunkan kewaspadaan.

"Tolong panggilkan dokter cepat!" titih Handrik yang langsung di laksanakan oleh bawahannya.

Louis membantu Handrik membawa pemuda yang tidak dikenali oleh Madelina maupun Michelina dengan hati-hati. Tampaknya pemuda itu terluka parah dengan darah segar mengalir dari perutnya.

"Putra mahkota ..."lirih Carlos membuat mata Madelina dan Michelina terbelalak, saking tak percayanya.

Mereka membawa pangeran Mahkota, yang pastinya bernama Matteo itu masuk kedalam. Michelina juga ikut mengekor dibelakang Louis sementara Madelina terlihat gusar.

"Bagaimana jika ia mati disini?! Gila, mengapa tuan Handrik harus repot membawa dia, sedangkan tuannya sendiri masih menghilang," oceh Madelina menggeleng kepalanya, Carlos berdecak mendengarkan perkataan adiknya itu.

Ia mengetuk kepala Madelina pelan, "Kewajiban bagi kita melindungi pemimpin, terutama calon pewaris Kekaisaran!" jelas Carlos sedikit nge-gas.

"Santai dong bro, jangan main ketok kepala orang aja!" Madeline menatap garang pada Carlos, dan pemuda itu malah memasang wajah kesenangan saat melihat pipi Madelina yang bersemu merah karena kesal.

°°°°°
Hoya hiyaaa met siang
Ada yang mau double up ngga nih?
Komen banyak banyak dibawah yaaa❤️
Jangan lupa buat tekan vote sebagai dukungan, terimakasih!

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang