Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Kamar milik Louis menjadi tempat dibaringkannya tubuh sang adik. Madelina. Dokter segera mengambil tindakan, segera memeriksa dengan cekatan.
"Tolong bantu saya untuk menghentikan pendarahannya terlebih dahulu." pinta sang dokter pada Louis. Louis tak keberatan, pemuda itu melakukan semua titihan sang dokter untuk menangani adiknya.
Dokter beralih memberikan ramuan herbal yang sudah diberi sihir penyembuhan untuk meringankan luka dalam.
"Apa yang sudah terjadi Tuan? Benturan yang dialami nona sangat parah. Nona bisa saja buta ataupun lumpuh karena kerusakan saraf. Terutama saraf bagian kepala." Jelas sang dokter, dokter tersebut bertanya meski sedang sibuk meracik ramuan.
Louis terlihat ketakutan. "Lakukan yang terbaik jangan biarkan hal buruk apapun terjadi padanya." gumam pemuda itu dengan suara gemetar.
Rambut hitam milik Madelina membuatnya semakin takut, rasanya ia akan merasakan hal yang sama seperti dulu.
Seperti saat kehilangan sang Ibundanya. Duchess Elizabeth.
Dokter melakukan yang terbaik, saat ramuan terakhir diminumkan Madelina justru terbatuk dengan darah segar yang keluar.
"Apa yang terjadi?! Lakukan sesuatu! Kau ini seorang dokter atau bukan, adik ku terlihat kesakitan!" ujar Louis, Carlos yang sedari menatap dari sudut ruangan menarik sang Kakak agar memberikan ruang bagi dokter.
"Tenangkan diri mu bodoh, kau bisa menghambat kerja dokter kalau begini."
Louis didudukan oleh Carlos dikursi.
"Ibunda ..." gumam Louis sambil menatap kosong kerah Madelina. Carlos terkesiap mendengar itu. Louis benar-benar trauma semenjak kematian Ibunda mereka, pemuda itu selalu takut akan rasa kehilangan.
Carlos berusaha menenangkan meski dia sendiri resah, ini pertama kalinya ia peduli, ini pertama kalinya ia juga ikut takut terjadi sesuatu pada adik pertama mereka, Madelina.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
"Ayah ..." Michelina dibawa ke kamar sang Duke untuk ditenangkan.
"Iya sayang?"
Michelina yang tengah tidur dipangkuan sang ayah terlihat begitu gelisah. "Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada Madelina, bagaimana kalau dia meninggal?" tanya Michelina dengan takut.
"Michelina jangan berbicara seperti itu." tegur sang Duke tak senang. Duke Jezon sendiri sebetulnya resah, namun ia memilih mengabaikan gejolak dihatinya dan lebih memilih menemani Michelina yang lebih membutuhkan dirinya.
Duke Jezon merasa bersalah, ia juga ketakutan.
Michelina bisa melihat guratan itu meski sang Ayah tidak mengatakannya. Ia juga merasa bersalah, tapi yang dilakukannya sampai sejauh ini demi kebaikan bersama.
Bukan salahnya kalau Madelina tidak bisa diajak kerja sama, bukan salah dirinya jika Madelina membuat hidupnya sendiri rumit padahal Michelina sudah berbaik hati untuk mengubah alurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasy[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...