Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Entah kenapa Michelina menjadi lebih cerewet dari sebelumnya, itu jelas membuat Madeline dilanda PUSING! tiap waktu, terutama setelah gadis itu membahas imbalan yang harus ia berikan pada Nyonya Serra atas kerja kerasnya.
Madeline jadi lelah sendiri, jadi ia memilih untuk lari saat ini. Dengan sekuat jiwa dan raganya akhirnya ia bisa lolos dan bersembunyi diruang musik.
"Akhir aku bisa jauh dari si bencana itu."ujar Madeline mengelus dada, ia menutup pintu ruang musik dengan sangat hati-hati.
Namun sial seribu sial ia malah harus bertemu dengan laki-laki bernetra violet yang tengah duduk didepan piano.
"Kau?! Sedang apa sih disini, kau pikir ini rumah mu. Pulang sana."usir Madeline tidak berfikir sedikit pun perlu menghaluskan perkataan dari mulutnya itu.
"Nona, anda ini kenapa? Sensi sekali setiap kita bertemu." Sean pemuda itu sudah bersikap cukup baik, namun Madeline selalu membuatnya jengkel dengan tingkah arogan dan soknya itu.
Madeline memutar bola matanya malas. "Kenapa kau tidak suka? Maka menjauhlah dari pandangan ku, dan berdoalah semoga kita tidak bertemu kembali." Sean bangkit dari kursi, ia mendekat kearah nona kecil itu yang hanya berpaut 2 tahun dengannya.
"Kau ini sangat arogan, menjengkelkan dan sok berkuasa! Kau ini hanya anak yang terabaikan! Kenapa tingkah mu seperti orang yang paling spesial, hah?!" nada bicara Sean meninggi, ia mencurahkan semua kekesalannya.
Madeline berdesis, "Kau tahu apa memangnya?! Kau menilai sekedar dari luarnya saja, tapi bicaranya sudah melebihi—"
"Sudahlah bicara dengan idiot tidak akan ada gunanya."lanjut Madeline, Sean menggeram marah ia menarik tangan Madeline dengan kasar.
"Ingat batasan mu Nona terabaikan!"tutur Sean lalu menyentak tangan Madeline dan berlalu dari sana dengan menutup pintu keras-keras.
"Sinting."komentar Madeline sambil memegang pergelangan tangan yang terasa sakit karena perilaku pria mata violet itu.
Haruskah aku meminta Duke untuk memenggal kepala bocah kaparat itu, ia benar-benar tidak sopan pada seorang yang berstatus majikannya.
Namun kekesalan Madeline sirna saat melihat piano yang menganggur didepannya, Madeline berjalan kearah piano tersebut dan mendudukan dirinya diatas kursi yang tersedia.
Madeline yang hendak bermain mengurungkan niat, ia menatap piano dihadapannya dengan nanar, mengusap pelan permukaan piano tersebut.
"Galuh, aku jadi rindu teman SMA ku yang satu itu. Bagaimana ya dia sekarang, sudah menjadi pianis kah? atau masih jadi bocah idiot yang sering menangis." Madeline berbicara sendiri, tangannya terhenti saat ia menyentuh permukaan yang tak mulus dibagian badan piano itu.
Sebuah tanda tangan? Namun tanda tangan di piano tersebut terasa sangat familiar bagi dirinya, tapi siapa. Madeline sibuk memikirkan hal itu untuk beberapa saat, namun tak ada sekelibat pun bayangan dimemorinya tentang siapa pemilik tanda tangan tersebut.
Ia menggeleng kepalanya mengusir semua pikiran yang mengganggu, namun suara bisikan ditelinga kiri Madeline terasa betulan nyata.
"Kembalikan padaku Renata ..."bisikan itu tepat berada disisi Madeline, tapi tak ada seorang pun diruang musik ini selain dirinya. Madeline menoleh ke kanan dan kiri dengan berani mencari sumber suara itu.
"Kembalikan miliki ku!"
Prang!
Setelah terdengar teriakan itu, sebuah cermin dipojok ruangan pecah begitu saja, Madeline bangkit menatap sekeliling.
"Siapa itu?! Tunjukkan dirimu sialan, jangan bermain-main dengan ku." ujar Madeline setengah berteriak, suaranya menggema diruang musik itu.
Madeline menghampiri pecahan kaca yang sudah berserakan, sebuah tangan meremas bahu Madeline dari belakang dengan keras namun gadis itu tak dapat menolehkan kepalanya.
"Kembalikan miliki ku!" Jelas sekali seseorang baru saja berteriak disisi telinga Madeline dengan keras, gendang telinga bahkan terasa berdengung kencang setelahnya.
"Arghh ...." Madeline merintih memegangi telinga.
"Apa yang sebenarnya terjadi disini."gumamnya masih dengan raut wajah seperti orang linglung.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Horor ahhh hororSudah vote? Jangan lupa yaaa ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasy[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...