34✔️

8.4K 1.3K 29
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Makan malam keluarga tiba namun Madeline belum menampakkan batang hidungnya, Carlos sudah mengomel sedari tadi.

Sementara Michelina bergerak gelisah memikirkan perbuatan tadi siang, namun semua pikiran negatif buyar saat Madeline datang dengan langkah anggunnya yang nampak acuh.

"Kau ini membuat kita menunggu lama, apa yang sudah kau lakukan memangnya?" tanya Carlos jengkel.

Madeline menatap kearah Carlos, mata merah darah milik Madeline bertubrukan dengan netra Carlos.

"Eh, apa kau sedang marah? Atau emosi?"pasalnya netra keluarga Lawrence memang selalu berwarna merah darah jika emosi mereka tak bisa dikontrol.

Duke Jezon juga memperhatikan putri pertamanya yang nampak berbeda, Madeline hanya menggeleng tak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya. Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, jadi Duke menyuruh mereka untuk mulai makan.

Hening.

Suasana ini terasa aneh, Michelina pun memilih diam dan sesekali melirik kearah Madeline yang nampak acuh, Madeline makan dengan porsi yang lebih sedikit dari biasanya.

"Aku sudah selesai, aku akan kembali ke kamarku."pamit Madeline, namun tangan ditahan oleh Michelina.

"Kau marah pada ku?"tanya adik kembarnya itu, meski Michelina tak tahu apa kesalahan yang telah dia perbuatan.

Madeline menarik tangan dengan kasar, "Iya."jawabnya singkat, lalu berlalu pergi dengan terburu-buru.

Michelina memandangi punggung Madeline hingga pintu ruang makan itu kembali ditutup.

"Apa yang terjadi? Mengapa dia marah pada mu, kalian habis bertengkar?"tanya Duke Jezon yang sedari tadi hanya bisa memandang karena tak tahu inti masalahnya.

Michelina terdiam tak mungkin ia menceritakan yang terjadi, jadi gadis itu menimpalnya dengan sebuah kebohongan.

"Aku bercanda terlalu berlebihan, jadi seperti Delina marah karena itu." Semuanya diam, Carlos merasa ada yang tidak beres memutuskan untuk pergi dari sana untuk mengecek Madeline setelah izin kepada sang Ayah.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Ditaman Madeline tengah berbincang dengan Vivian dan Xia, kedua pelayan itu tengah mendengar intruksi dari Madeline dengan seksama.

"Saya akan mengantarkan surat ini ke kediaman Duke Dopaza sesegera mungkin Nona,"tutur Vivian, Madeline mengangguk sedangkan pelayan nya itu langsung pamit untuk melaksanakan tugas mengantar surut untuk Refelina.

"Xia, ayo antar aku ke pasar besok untuk mencari bahan untuk busana yang ingin aku buat." Pelayan nya itu mengangguk dengan antusias.

"Dan ya suruh Alexsa menyusun jadwal kegiatan seperti yang sudah aku ajarkan, seperti ia masih sibuk dengan tugas yang aku berikan."lanjut Madeline, dari arah depan netra Madeline bersitatap dengan netra merah milik Carlos.

Pemuda itu menghampiri Madeline yang hendak beranjak pergi, "Madeline kau ini kenapa—" ucapan Carlos saat mendengar Madeline mendesah kesal, tangan Carlos Madeline sentak.

"Menjauhlah,"ujar Madeline, dengan tegas. Carlos memandang tak mengerti. "Kau ini kenapa? Kau marah pada Michelina tapi kenapa menjauhi ku juga?"tanya Carlos tak terima, Madeline memejamkan mata.

"Karena aku membenci mu, karena aku membenci keluarga ini. Jadi tak perlu berusaha baik lagi pada ku,"tuturnya.

Carlos mundur, "Ada apa dengan mu?! Jangan bercanda,"Carlos menatap Madeline dengan tajam.

"Apa aku terlihat bercanda?!"tanya Madeline dengan sedikit membentak, Carlos mengeraskan rahangnya. "Kau ini tidak tahu di untung ya—"

"YA AKU TAK TAHU DIUNTUNG KARENA AKU SELALU MERASA SIAL DIKELUARGA INI!" teriak Madeline dengan marah.

Plak!

Carlos refleks menampar pipi Madeline dengan keras, kepala gadis itu tertoleh kesamping, Carlos yang menyadari perbuatannya segera menyentuh pipi sang adik dengan perasaan bersalah.

"Tidak! Harusnya kau melakukan ini," Madeline menampar pipi berkali-kali dengan membabi buta, Carlos menahan tangan adiknya itu dengan raut wajah khawatir.

"Harusnya kau melakukan itu! Jangan berusaha baik padaku! Jangan!"teriak Madeline dengan marah.

Tanpa Carlos tahu yang tengah dihadapannya saat ini adalah jiwa asli dari tokoh Madelina yang melampiaskan kekecewaannya. Bukan lagi jiwa Renata.

Xia yang berada disana juga ikut mencoba menenangkan nona mudanya, Madeline semakin menggila setiap kali Carlos mencoba memeluknya, "Tuan muda tolong pergi! Saya mohon,"pinta Xia dengan tangan yang menggenggam tangan Madeline untuk berhenti memberontak.

"Apa yang kau katakan?! Pelayan bodoh, adik ku—"

"Pergi! Jangan mendekati ku, pergi!"teriak Madeline, gadis itu memeluk tubuh Xia dengan erat, dan Xia menatap Carlos dengan tajam.

"Sudah ku bilang tuan untuk pergi!"ujar Xia dengan berani.

"Ada apa ini?!"suara Duke Jezon menggema, Carlos menoleh kebelakang. Netra sang ayah berwarna merah darah, ketara pria paruh baya itu kini tengah marah bercampur khawatir.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Makin tegang makin tegang

Jreng jreng

Pundung ah, kalo chapter ini ngga pada vote. Jadi jangan lupa vote yaa ❤️

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang