Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Api semangat membara dalam dirinya, Madelina memanggil 10 pelayan terpilih yang ia seleksi diam-diam, untuk membantu merombak ruang kamarnya yang memang sangat luas itu menjadi ruang kamar serba guna.
Ia akan menambahkan bagian ruangan kerja, dan papan perencanaan disudut ruangan untuk mempermudah menyusun schedule.
"Dengar instruksinya baik-baik dan jangan lakukan kesalahan sekecil apapun jika tak mau kepala kalian ku penggal nanti, paham?!"tegas Madelina lalu mulai mengintruksikan pekerjaan yang harus mereka tangani.
Madeline bahkan menulis poin penting di secarik kertas, setiap kali menjelaskan.
"Kalian ku tugaskan menjadi koordinator dan jika kinerja kalian bagus maka aku dengan senang hati memperkerjakan kalian dalam bisnis ku nanti." Tak ada yang bersuara tapi mereka paham dan tengah mendengar dengan serius setiap ucapan Madelina.
Madeline tersenyum, "Kalian boleh meminta bantuan secara bebas pada prajurit maupun pelayan lain, asalkan! Tidak mengambil keuntungan apapun, ingat! Kinerja yang bagus akan dihadiahi keuntungan yang mengekor indah."petuah Madelina, dan 10 pelayan itu mengangguk dengan mantap sambil memegang kertas berisi tugas masing-masing.
"Nona bolehkah saya menanyakan sesuatu?"tanya salah satu pelayan tanpa ragu, dan Madelina mengiyakan dengan mengangguk.
"Cat dan papan tulis yang anda minta hanya ada di kota Nona, bagaimana kita membelinya dalam waktu dua hari sedangkan kami juga harus membuat meja panjang dan rak untuk anda. Perjalanan pulang pergi ke kota memakan waktu sehari penuh,"jelasnya dengan detail, dan Madelina puas dengan pemaparan itu.
"Aku yang akan membeli semua bahan yang belum tersedia. Kau list saja dengan detail dan jangan ada kesalahan atau kekurangan apapun nanti." balas Madelina, dan pelayan itu mengangguk dan langsung sigap melakukan perintahnya.
"Bagus kalian cukup kompeten, jadi mari mulai bekerja girl!" Madeline menepuk tangan tiga kali sebagai intruksi. Sementara Madeline sendiri bergegas untuk pergi ke kota, untuk menjual perhiasan dan membeli keperluan yang masih kurang.
"Gibran! Alfansa! Nox!" panggil Madeline dengan lantang, mereka adalah ksatria keluarga lawrence yang cukup kompeten namun bukan yang terbaik juga.
"Nona memanggil kami?" Para Ksatria itu datang dengan cepat, Madeline tersenyum tipis.
"Temani aku untuk pergi ke kota, dan tolong siapkan kereta kuda dengan cepat. Aku beri waktu 7 menit dari sekarang!" perintahnya, sambil menatap jam gantung kecil yang melingkar dipinggangnya.
Ksatria itu menunduk hormat lalu pergi dengan cepat, Madeline berjalan menuju halaman rumah untuk menunggunya.
Namun ditengah perjalanan ia bertemu lagi dengan laki-laki bermata violet lagi, dan seperti saat pertemuan dipintu depan ruangan duke, pemuda itu kembali menyapanya.
Madeline hanya acuh, namun kali ini Sean menghadang jalan gadis itu. "Apa nona memiliki masalah dengan saya? Kenapa nona terlihat membenci saya," tutur Sean.
Madeline mendelik tajam, "Anda terlalu percaya diri tuan Sean, saya bahkan tidak punya waktu untuk sekedar memikirkan kehadiran anda." sarkasnya lalu menubruk bahu Sean yang lebih tinggi darinya dengan keras sembari berlalu.
Membuang-buang waktunya saja, pikir Madeline.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Madeline sudah sampai dipusat kota, ia menyuruh Alfansa untuk menjual perhiasanya.
Nox dengan setia memegang list belanjaan yang begitu panjang lalu satu persatu ia membeli barang-barang yang diminta sang nona dengan cepat namun tetap memprioritaskan kualitas barang secara detail setelah diberi satu kantong penuh koin emas.
"Gibran, dimana ya tempat paling strategis disini yang masih kosong." Madeline sibuk kesana kemari dengan Gibran dan Alfansa untuk mencari lahan yang pas, sekaligus berdiskusi singkat dengan para ksatria itu.
"Nona jika boleh, saya punya saran. Namun lahan ini milik keluarga saya, jika anda tidak keberatan saya akan memperlihatkan nya." ujar Gibran sedikit ragu, namun Madeline malah mengangguk antusias dan menyuruh Gibran untuk cepat menujukan tempat tersebut.
Saat sampai ditempat itu Madeline mengangguk-anggukan kepalanya tampak puas, "Bagaimana tempat sebagus dan strategi seperti ini bisa kosong." Madeline bertanya-tanya, membuat Gibran menuduk singkat dengan pandangan sedikit sayu untuk beberapa detik.
Gibran berdehem, "Keluarga saya adalah pebisnis dengan status baron nona, tapi karena satu insiden-''
''Tidak perlu dilanjutkan, hanya ingatlah untuk bangkit kembali ksatria Gibran, dan bekerja keraslah untuk mendapatkan apa yang pernah dirampas dari mu dulu," potong Madeline, tentu ia tahu semua kisah hidup pemuda itu, bukan hanya Gibran tapi semua, ketiga ksatria yang ia rekrut, riwayat hidup dan data mereka pernah ia baca dilaporan arsip duke, saat sang ayah sakit dulu.
Gibran menatap Madeline, ia merasa bahwa gadis kecil itu mengetahui semuanya lebih dulu. Dan ia juga jadi menyadari satu hal bahwa sosok nona kecilnya itu tidaklah sederhana.
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️
Fantasía[TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP] Renata Dirgantara pemilik agensi penerbit buku ternama di Indonesia. Wanita berusia 27 tahun yang banyak menyimpan duka dibalik sikap gila kerjanya. Wanita berhati keras yang mulutnya setajam belati itu tidak pernah me...