12✔️

12.2K 1.8K 28
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Dikediaman mansion utama, Michelina bersiap menyambut Madelina dengan suka cita, aura ceria membuat mansion itu terasa begitu hidup.

"Nona, Nona Madelina sudah sampai didepan. Apa anda akan menemuinya sekarang?" pertanyaan itu keluar dari mulut Rose, pelayan pribadinya.

Michelina mengangguk antusias, lalu berjalan dengan penuh semangat. Terlihat sudah ada Duke Jennifer dan Louis yang menyambut Madelina dengan wajah datar mereka, membuat Michelina berdecak kesal.

"Delina!" teriak Michelina, seolah mereka memang sedekat itu. Michelina memeluk Madelina meski kembarnya itu tak membalas sama sekali.

"Akhirnya kau datang! Kita bisa bermain bersama nanti."

Madeline tak mengubah ekspresi datarnya. "Itu bagus, mari kita bermain."jawabnya dengan malas.

Terlihat binar terpancar dari netra merah milik Michelina. "Benarkah, permainan apa yang ingin kau lakukan?"tanyanya dengan antusias.

"Bagaimana dengan permainan yang  mengharuskan pemainnya berlomba mengikat saudara kembar sendiri lalu melemparnya ke laut, bukankah terdengar menyenangkan?" Madeline tersenyum tipis sambil membayangkan hal itu benar-benar ia lakukan.

Duke Jezon dan Louis memandang tak senang kearah Madelina, setelah mendengar perkataan gadis itu.

"Nonaa ..." peringat Lily, pelayannya itu sudah berkeringat dingin setelah mendengar perkataan nona kecilnya itu.

Madeline memutar bola matanya."Baiklah Michelina kali ini aku akan menurut, terserah kau akan melakukan apa." gadis itu benar-benar pasrah sekarang. Madelina melirik kearah Lily yang mengacungkan jempolnya.

Madeline menghela nafas.

Michelina menggeram tangan Madelina untuk mengajaknya melihat kamar miliknya.

"Apa kita akan menyebrang jalan? Tidak perlu berpegang seperti ini, itu membuatku risih." Madeline melepas tautan tangan mereka.

"Kau ini benar-benar tidak tahu diri ya? Michelina itu berniat baik pada mu." ujar Jezon dengan dingin.

Sementara Madelina mengangkat bahunya acuh. "Jika tidak bisa beradaptasi dengan sikapku, maka minta putrimu itu untuk menjauhi ku. Aku tidak mau repot harus MENJAGA PERASAAN NONA PRINCESS KALIAN INI!" tegasnya.

Michelina menatap Madelina, terasa sangat familiar. Ia merasa nyaman meski perlakuan Madelina tidaklah bisa dikatakan baik, seperti memang sudah terbiasa.

"Tidak masalah, mungkin memang karakter kami berbeda Ayah, jangan memaksa Madelina menjadi orang lain hanya demi menjaga perasaan ku."ujar Michelina dengan bijak.

"Cih, siapa juga yang sudi menjaga perasaan mu."elak Madelina, blak-blakan.

"Oh ... Terlihat sekali mana yang berhati malaikat dan iblis disini," sarkas Louis yang ikut angkat bicara. Mendengar itu Madelina tertawa kecil.

"Ah, bisa saja, jadi malu ..."sahut Madelina.

"Nona itu bukan pujian untukmu."tutur Lily putus asa, orang yang berasa disana menahan tawa dengan kepolosan Madelina.

Michelina mendengus geli. "Ayolah Delina, bagaimana jika aku menujukan kamar mu." tawarnya dengan baik hati.

Madeline nampak berfikir, lalu mendekat kearah Michelina. "Bagaimana jika kau menujukan dapur mansion ini saja, aku kelaparan."bisiknya pada Michelina.

Michelina mengerijap, sebelum sebuah ide terlintas. "Bagiamana jika aku membuatkan mu kudapan khusus. Hanya untuk mu,"balasnya berbisik.

Semua orang kecuali kedua saudari kembar itu terdiam, mencoba menerka pikiran sikembar yang tengah berbisik dengan suara yang begitu pelan.

Madeline memicikan matanya, "Kau tidak akan menaruh racun atau semacam didalam makanannya nanti kan?" Masih dengan berbisik, Michelina menggeleng lalu menarik tangan Madelina kearah dapur.

"Kalian akan pergi kemana?!"tanya Louis saat jarak kedua adiknya itu sedikit jauh.

"Kami akan menghancurkan mansion ini, dimulai dari dapur!"jawab Madelina sambil cekikikan, sementara Michelina diam menahan semburan tawa.

"Owh begitu ...—HAH APA!"Louis mengikuti si kembar saat menyadari perkataan Madelina.

"Menghancurkan dapur? Yang benar saja,"ujarnya tak percaya, sedang Duke Jezon hanya mengikuti langkah putra dalam diam.

Ia benar-benar melupakan tumpukan dokumen yang sudah menanti untuk dikerjakan di ruang kerjanya. Biarlah itu menjadi derita Hendrik nanti.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Sudah hampir satu jam lamanya kelima manusia itu berada didapur, para pelayan menatap khawatir. Bukan karena takut majikannya terluka atau semacamnya, tapi itu karena—

Para majikan itu menghancurkan dapur! Betapa malangnya dapur tercinta para koki mansion ini, koki utama bahkan sampai menangis.

"Hei Carlos, uleni itu dengan benar!" Perintah Madelina, membuat pemuda itu melotot garang.

"Aku ini Kakak mu, benar-benar tidak sopan!" ujarnya tak terima. Madeline memutar bola matanya, lalu menjulurkan lidah saking mengejek.

"Tepung ketan ku! Malangnya nasib muuu ..." teriak Michelina.

Pandangan Michelina teralih pada para manusia minus akal didepannya ini. "Apa yang kalian lakukan?! Akan ku gantung jika kudapan ini tidak selesai." Michelina berteriak marah.

Lalu mata gadis itu beralih pada sang Duke Jezon yang sibuk menatap air dan mengaduknya dengan wajah serius. "AYAH! Air itu tidak akan pergi kemana pun, kau tidak perlu menatapnya tanpa berkedip seperti itu." Michelina sudah berkacak pinggang.

Sementara yang lain langsung menyemburkan tawa terbahak, termasuk Louis yang memang lebih banyak diam.

Dapur dengan taburan tepung disetiap sudut itu menjadi saksi, momen hangat keluarga itu tercetak untuk pertama kalinya tanpa mereka sadari.

Berbagi tawa dengan lepas, tanpa ada rasa benci yang mengganjal dalam hati, bahwa terlepas dari semua teriakan kekesalan karena pekerjaan yang berantakan. Mereka semua bahagia sore itu.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
See you next chapter guyss ❤️
Jangan lupa masukin cerita ini keperpustakan kalian yaaa

THE DUKE'S TWIN DAUGHTERS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang