Pukul 04.00 KST.
Jaemin bangun dari tidurnya, dia menoleh pada Jaehyun yang masih terlelap.
Lelaki itu lantas bangkit, sesekali meregangkan tubuhnya yang sakit karena tidur di lantai yang dingin.
Jaemin lalu keluar dari kamar, dan membuatkan sarapan.
Tak ada yang istimewa. Hanya beberapa lembar roti. Itu saja.
Jaemin menyusun beberapa lembar roti tawar diatas meja, lalu melangkah menuju kamar neneknya.
Cek lek!
Jaemin menemukan wanita tua itu tengah tidur. Sesekali nafasnya terdengar sendat.
Jaemin tersenyum tipis, sangat tipis bahkan tak bisa terlihat. Dia lalu menutup pintu dengan sangat pelan dan beranjak ke kamar mandi.
Pagi itu adalah jadwalnya mengantar koran. Jaemin harus berangkat pagi pagi sekali. Dia lantas berjalan keluar dari flat lusuh itu untuk pergi ke salah satu toko dimana dia biasa mengambil koran untuk diantarkan.
Jaemin menghela nafas pelan. Dia masih sangat mengantuk, apalagi dia tidur lewat jam tengah malam.
Udaranya sangat dingin, Jaemin segera menutupi tubuhnya dengan jaket tipis yang dia kenakan.
Jaemin membuka pintu, menimbulkan suara lonceng yang terdengar.
Seorang lelaki paruh baya menoleh menatapnya, lalu tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Jung Jaemin. Hari ini jadwal mu, ya?"
Jaemin tersenyum lalu mengangguk pelan.
Lelaki paruh baya itu lalu memberikan setumpuk koran untuk Jaemin antarkan.
"Kau antarkan ini, ya? Setelah itu kau baru boleh pergi. Ahh, jangan sampai salah tempat."
Jaemin mengangguk, lalu menerima koran itu dan pergi dari sana.
Jaemin mengantarkan koran koran itu. Dia meletakkannya di depan pintu, di depan pagar, atau meletakkannya di halaman.
Setelah 1 jam mengantarkan koran, lelaki itu lantas pergi ke sekolah.
Jaemin masuk ke dalam kelas. Karena masih sangat pagi, tak ada satupun yang berada disana.
Jaemin melangkah pelan menuju tempat duduknya yang berada di barisan paling belakang di dekat jendela, benar benar paling pojok. Dia berdiri di depan tempat duduknya sambil menatap sendu mejanya yang dipenuhi banyak coretan, dan sampah.
Jaemin meletakkannya tasnya di lantai, lalu berbalik pergi ke kamar mandi untuk mengambil kain.
Jaemin lantas kembali ke dalam kelas dan mulai menghapus coretan coretan itu.
Bisu!
Tuli!
Miskin!
Anak miskin tak pantas sekolah disini!
Menyusahkan!
Jaemin membaca sekilas coretan coretan yang mereka tulis dengan spidol merah dan hitam.
BRAAAK!
Pintu dibuka secara kasar, membuat Jaemin menoleh menatap sosok lelaki dengan tubuh tingginya tengah menatapnya dengan tatapan tak suka.
Lee Jeno.
Anak pemilik sekolah yang memiliki kuasa penuh di sekolah itu.
Ya, saking berkuasanya, dia bahkan bisa mendapat nilai bagus padahal sangat sering membolos, urak urakan, dan melanggar peraturan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...