Motor Jeno kini berhenti di depan rumahnya, Jeno menatap sebuah mobil berwarna hitam yang kini sudah terparkir rapi di garasi rumahnya.
Ayahnya sudah pulang.
Jeno menghela nafas pelan sebelum akhirnya dia melangkah masuk ke dalam rumah mewah itu.
Cek lek!
Doyoung menoleh menatap pintu rumah yang terbuka, tampak Jeno masuk dengan tampak dingin dan datar. Seperti biasanya.
Doyoung dengan cepat menghampiri anak itu.
"Kau tahu ini sudah jam berapa?! Kan sudah kubilang kalau appa pulang malam ini. Harusnya kau sudah ada di rumah!"Jeno berdecak pelan, setelah dari rumah Jaemin tadi, Jeno sengaja mengulur waktu. Dia tahu ayahnya akan pulang setelah sekitar beberapa minggu melakukan perjalanan bisnis di London, Doyoung sudah mengiriminya pesan tadi. Namun itu yang membuat Jeno enggan menginjakkan kaki di rumahnya.
Ayah tirinya itu selalu mengusiknya, bersikap sok tegas, mengira jika Jeno takut dengan gertakan nya.
"Appa menunggumu di ruang kerjanya."
Jeno mengangguk pelan dan berjalan melewati Doyoung begitu saja. Doyoung lantas menghentikan langkah Jeno.
"Kau gila?! Kau mau babak belur lagi seperti terakhir kali?! Sudah kubilang kalau tidak mau dihajar appa, jangan membuat masalah!"Jeno menatap kakak tirinya itu tajam. Lagi lagi, Doyoung bertingkah seolah dia sangat peduli pada Jeno. Padahal Jeno tahu jika itu hanya pura pura.
"Jangan bersikap seolah kau mencemaskanku. Jika memang benar kau mencemaskanku, kau pasti sudah menghentikan appa ketika dia memukuli ku di ruang kerjanya. Bukannya berdiam di depan pintu seperti pengecut." Ucap Jeno dingin. Doyoung lantas terdiam menatap punggung adik tirinya itu. Diam diam dia mengiyakan ucapan Jeno.
Tok tok tok.
Jeno melangkah masuk ke ruangan yang di dominasi warna hitam itu. Tampak seorang lelaki paruh baya dengan setelan mewahnya tengah meneguk wine sambil menatap jendela ruang kerjanya.
"Appa."
Lelaki yang Jeno panggil itu adlah ayah tirinya, Kim Suho. Ayah kandung Doyoung, lelaki itu pengusaha real estate yang sering menanamkan investasinya di luar negeri. Membuat Suho sering melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.
Suho menoleh menatap lelaki yang kini sudah berstatus sebagai putra bungsunya itu. Suho meletakkan wine nya dan melangkah mendekati Jeno.
"Jam berapa ini, Lee Jeno?" Tanya Suho menatap lekat lekat mata elang milik Jeno. Tatapan Suho kerap kali membuat Jeno merasa terintimidasi dan tak bisa berkutik dengan ucapan ayah tirinya itu.
"Setengah dua belas." Balas Jeno pelan.
"Apa peraturan di rumah ini mengenai jam malam?"
"Harus ada di rumah sebelum jam 10 malam." Jawab Jeno lagi.
Suho lalu memegang kedua pundak Jeno.
"Jadi seperti ini kelakuanmu jika tak ada appa di rumah?"Kini Jeno yang tertawa pelan, sudah cukup dia berpura pura takut dihadapan ayah tirinya itu. Dia membalas tatapan tajam Suho.
"Memangnya kenapa?"
Tangan Suho yang memegang kedua pundak Jeno kini mengerat. Jeno mulai memancing amarah ayah tirinya sendiri.
"Kau melawan?"
"Memangnya aku pernah menurut?"
Jeno menatap nyalang ayah tirinya itu. Hal itu membuat Suho geram, lantas melayangkan sebuah tamparan padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/279585198-288-k817931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...