61. Last Goodbye

16.5K 1.9K 288
                                    

WARNING ⚠

LISTEN TO YOUR SAD PLAYLIST

Pintu masuk rumah duka dibuka lebar. Ada banyak orang yang tengah membawa papan bunga putih dengan pita bertuliskan ucapan duka untuk diletakkan di depan pintu masuk. Kursi mulai disusun dan sudah mulai banyak orang berdatangan.

Ada tetangga, teman teman sekolah, guru guru, dan orang orang yang mengenal Jaehyun dan Jaemin. Kerabat juga mulai berdatangan sekedar menyampaikan ucapan duka. Setelah itu pergi dan lepas tanggung jawab seolah mereka tak kenal sama sekali.

Hari ini, tak pernah terlintas sekalipun di benak Jaehyun meski dia sering sekali memikirkan akan bagaimana dia tanpa Jaemin nanti.

Renjun menatap iba lelaki itu. Dia mengusap mata sebabnya dan memalingkan wajah ketika melihat Jaehyun meraung raung di samping peti mati sahabatnya. Ada Yuta, Taeyong, dan Johnny yang berusaha menenangkan lelaki itu. Johnny tampaknya yang paling sedih diantara ketika sahabat Jaehyun. Bisa dilihat bagaimana lelaki itu menangis terisak ketika datang tadi.

Seperti mimpi rasanya, ketika Renjun, Jeno, Haechan, dan Mark hendak datang mengunjungi Jaemin pagi tadi, mereka justru melihat Jaehyun meringkuk di lorong ruang tunggu sembari menangis. Tak ada Jaemin di ruangannya. Dan bagaikan petir yang menyambar, ucapan Jaehyun yang mengatakan kalau Jaemin sudah dipindahkan ke ruang jenazah untuk di otopsi bagaikan mimpi buruk yang tak pernah mereka pikirkan.

Haechan menangis terisak sembari dirangkul oleh Jeno. Tak ada yang tak kehilangan. Bahkan Mark pun hanya melamun di sudut ruangan seorang diri.

"JAEMIN!!!!"

"JAEMIN!!!!"

"Jaehyun, hentikan!!! Sadarlah!!!" Ucap Taeyong di sela tangisnya ketika melihat Jaehyun semakin menggila.

"LEPASKAN AKU!!!"

"LEPAS!!!"

"DIA TIDAK MUNGKIN PERGI!!!!"

Jaehyun menangis sejadi jadinya melihat tubuh kaku adiknya itu. Tolong bangunkan dia dari mimpi buruk ini. Siapapun, tolong bangunkan dia secepatnya.

Yuta menatap lama lamat tubuh kaku Jaemin yang kini terbaring tenang di dalam peti matinya. Dimata netra hazel itu terpejam dan tak akan pernah dia lihat lagi. Senyum manis yang bisa membuat siapapun ikut tersenyum itu juga kini tak akan pernah dia lihat lagi. Digantikan dengan bibir pucat dan kaku.

Yuta menangis, dia merasa gagal menyelamatkan anak malang itu. Masih terekam jelas dikepalanya bagaimana dia datang ke ruangan Jaemin untuk pemeriksaan rutin yang biasa lelaki itu lakukan setiap pagi. Namun yang dia lihat, Jaehyun justru berada di kasur Jaemin, memeluk erat anak itu dengan pandangan kosong, sementara Jaemin masih terlelap dalam dekapannya.

"Selamat pagi. Jaehyun, kenapa kau ada disini? Minggir, aku mau memeriksa adikmu."

Jaehyun tak menjawab. Ada lingkaran hitam besar di bawah kelopak matanya. Pandangannya kosong ke arah jendela.

"Jaehyun, lepaskan dulu pelukannya. Aku mau memeriksa adik-"

"Pukul 11.56." Ucap Jaehyun lebih dengan suara seraknya.

"Sekarang masih pagi Jaehyun. Aku mau memeriksa adikmu dulu."

"Pukul 11.56." Ucap Jaehyun lagi.

Kini Yuta terdiam sejenak. Menatap Jaehyun bingung, dia tak mengerti maksud lelaki itu.

"Catat waktu kematiannya. Pukul 11.56."

Yuta hanya bisa mematung di tempatnya saat mendengar hal itu. Lelaki itu ingat saat dia mendekat ke arah Jaemin, menyingkirkan tangan Jaehyun dan memeriksa denyut nadinya.

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang