14. About Him

11.6K 2K 58
                                    

Jaemin diam menatap Mark yang menghabiskan beberapa botol soju dalam sekejap. Dia ingin menegur Mark, namun dia enggan melakukannya.

Seolah mengerti isi pikiran Jaemin, Mark hanya terkekeh pelan.
"Tenang saja. Kadar toleransi alkoholku tinggi, minum beberapa ronde belum tentu membuatku mabuk."

Mark menghela nafas pelan ketika dia selesai meminum botol soju keempatnya. Hari sudah semakin malam, namun dia masih belum berniat pulang ke apartemennya. Mark menoleh menatap Jaemin.

"Berapa lama lagi shift mu selesai?"

Jaemin melirik ponselnya.
"Sebentar lagi."

Mark mengangguk pelan. Lalu bangkit dari duduknya.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Soal pembicaraan ku tadi, lupakan saja. Jangan mengirim karena kita sudah berbicara seperti ini, aku akan bersikap baik padamu kedepannya. Bagaimanapun, hubungan kita sebatas atasan dan bawahan, atau senior dengan juniornya. Kau mengerti?"

Jaemin mengangguk mengerti, lalu menatap punggung Mark yang lama lama semakin menghilang dibalik kerumunan orang.

Jaemin menunduk, melulamun untuk beberapa saat. Pikirannya sedang sangat lelah.

Jika sudah seperti ini, ingin rasanya Jaemin menyerah. Dia tak mau lagi mengambil 4 atau 5 pekerjaan setiap hari, dia tak mau lagi begadang hanya untuk mengerjakan PR nya dan teman teman sekelasmya. Dia tak mau lagi di kejar kejar rentenir demi membayar hutang Jaehyun.

Dia tak mau harus mengambil pekerjaan tambahan ketika obat sang nenek sudah habis.

Dia tak mau lagi dibully, atau dikucilkan dimanapun dia berada.

Jaemin benar benar sudah lelah.

Tak ada yang mau membantunya. Atau setidaknya, mendengarkannya.

Jaemin selalu berpikir kalau dia tak punya siapa siapa, dan tak butuh siapa siapa. Dia hanya punya dan butuh dirinya sendiri.

Mungkin?

Jeno kini berdiri di sebuah flat tua yang sebelumnya dia pernah datangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno kini berdiri di sebuah flat tua yang sebelumnya dia pernah datangi. Tempat dimana flat itu adalah rumah pasangan lansia yang pernah dia bantu sebelumnya.

Tok tok tok.

Setelah mengetuk pintu untuk beberapa saat, pintu itu terbuka, menampilkan seorang kakek tua tersenyum merekah ketika menatap Jeno.

"Jeno? Kau datang?"

Jeno tersenyum. Mata bulan sabit nya itu lantas terlihat di sela senyumannya.
"Aku bawa buah buahan."

"Wahh, kau tak perlu repot repot. Mari masuk."

Jeno masuk ke dalam flat itu, tampak bersih dan rapi seperti ketika dia sebelumnya datang kemari.

"Halmeoni dimana?" Tanya Jeno ketika menyadari bahwa istri lelaki tua itu tak terlihat.

"Dia sedang membeli telur. Tadi dia mau membuat telur gulung, tapi dia lupa membeli telurnya. Ada ada saja." Ucap lelaki tua itu sambil tertawa pelan.

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang