Jeno masih terdiam sambil menatap Doyoung yang melangkah keluar dari dapur. Selera makannya hilang tiba tiba, sementara Doyoung tak lagi mengucapkan sepatah katapun.
"Apa maksudmu?" Langkah Doyoung terhenti ketika mendengar suara adik tirinya itu dari dapur.
Doyoung tersenyum tipis dan berbalik.
"Aku akan bantu bicara dengan eomma dan appa. Setelah itu, kau boleh pindah seperti yang kau mau.""Bukan itu. Maksudku, kenapa tiba tiba?"
Doyoung terkekeh pelan.
"Kau benar. Sejak awal, hubungan kita hanya sebatas orang asing yang kebetulan tinggal seatap. Kita berdua juga sama sekali tak menyetujui pernikahan itu. Baik kau, ataupun hyung mu. Sekarang aku sadar, aku sangat egois. Maaf..."Doyoung lantas melangkah ke kamarnya. Meninggalkan Jeno yang masih terdiam di tempat sambil menatap pintu kamar Doyoung dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Aku merepotkan, ya?"
Jaehyun berdecak pelan sambil terus memapah Jaemin untuk masuk ke dalam rumah. Mungkin pertanyaan tadi sudah beribu kali Jaemin tanyakan padanya.
"Sudah berapa kali kau tanyakan itu? Menurutmu jawabanku apa?"
Jaemin menunduk. Berusaha membiasakan dirinya menggunakan tongkat agar bisa berjalan. Rasanya sangat sulit. Terutama tangan kanannya yang di gips.
"Tapi tetap saja. Aku sendiri bahkan kerepotan kalau seperti ini."
Jaehyun membuka pintu rumah mereka, lantas kembali memapah Jaemin agar masuk ke dalam.
Jaehyun mengambil air hangat dan memberikannya pada adiknya itu. Dia membuka jaketnya dan menggantungkannya di balik pintu. Hari ini Jaemin sudah boleh pulang, namun adiknya itu terasa sangat menjengkelkan semenjak keluar dari rumah sakit.
Dia selalu bertanya apakah aku merepotkan? Atau apakah Hyung kerepotan? Sesekali dia minta maaf, pada itu sama sekali bukan masalah untuk Jaehyun. Bukankah wajar jika dia menuntun langkah Jaemin yang terasa sangat lambat karena dia baru pertama kali memakai tongkat untuk menyangga tubuhnya?
"Kau ini. Kenapa sangat ceroboh? Sudah tahu rooftop cafe itu licin. Lain kali hati hati, kalau jatuh seperti ini kau juga kesusahan sendiri. Sekarang mau bagaimana? Kau tidak boleh melakukan apapun selain beristirahat."
"Tapi, kan aku harus bekerja."
"Aku akan minta cutimu pada Doyoung untuk beberapa minggu ini. Lagipula dia justru tak akan mengizinkanmu masuk ke cafenya kalau kau bersikeras tetap ini bekerja dengan kondisi seperti itu."
Jaemin tampak kecewa. Yang dikatakan Jaehyun itu benar. Dia tak akan mungkin bekerja dengan kaki dan tangan seperti itu.
Tak ingin adiknya kecewa, Jaehyun lantas berpikir sebentar. Ide cemerlang terbesit di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...