6. Life Is Hard

12.4K 2.1K 196
                                    

Jaemin baru saja keluar dari apotek setelah jam kerja di cafe nya selesai. Dia melangkahkan kakinya untuk pulang, suasana hatinya sedang lumayan baik karena beban pikirannya berkurang satu.

Cek lek!

Jaemin sampai di rumahnya ketika hari mulai malam. Jaehyun belum pulang sama sekali. Semantara sang nenek pasti sendirian di rumah.

Jaemin memasuki kamar neneknya, didapatinta wanita tua itu tengah duduk di kursi rodanya sambil menatap langit yang berwarna kemerahan itu.

Terkadang wnita itu memang duduk di kursi roda, itulah satu satunya alat bantu agar wanita itu bisa keluar dari kamar.

"Jaemin, kau sudah pulang. Bagaimana harimu?"

Jaemin hanya diam sambil mematuh s
Sebotol obat baru pada sang nenek.
"Obatnya sudah kubeli..."

Wanita tua itu sedikit terkejut.
"Uangnya darimana?"

"Ahh, ada seseorang yang menawarkanku bekerja di cafe nya dan memberi tunjangan sementara. Jadi aku bisa membeli obat untukmu, aku juga membeli makan malam. Halmeoni belum makan, kan?"

Wanita tua itu tersenyum lalu mengangguk. Sementara Jaemin membantu mendorong kursi rodanya menuju meja makan. Jaemin membuka beberapa bungkusan jajangmyeon yang tadi dia beli saat di perjalanan pulang.

"Eoh, kenapa hanya dua?" Jaemin hanya diam ketika mendengar ucapan neneknya.

"Aku tadi sudah makan. Ini untuk halmeoni dan Jaehyun hyung saja..."

Bohong.

Sebenarnya tunjangan gaji yang Doyoung berikan padanya tak cukup jika harus membeli makanan lagi. Harga obat sang nenek saja sudah hampir menghabiskan semua uang itu.

Sang nenek menaruh curiga pada Jaemin. Hanya saja wanita tua itu bungkam. Jaemin anak yang sedikit keras kepala, menegurnya tak akan mempengaruhi pikiran anak itu.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi..."

Jaemin menoleh menatap sang nenek bingung.
"Pertanyaan apa?"

"Bagaimana harimu?" Tanya sang nenek dengan lembut.

Jaemin menunduk. Harinya buruk, sama seperti biasanya. Tidak ada yang spesial, atau menyenangkan seperti anak remaja kebanyakan.
"Biasa saja..."

Jaemin memiliki meninggalkan sang nenek yang tengah menikmati makan malamnya. Lelaki itu lantas masuk ke kamar.

Jaemin menghela nafas pelan. Dia kira, semua karyawan di cafe Doyoung itu akan baik kepadanya. Nyatanya rata rata mereka semua kurang suka jika Jaemin bekerja disana, terutama lelaki Kanada itu. Siapa tadi namanya? Mork? Mark?

Kalau begitu kau tidak pantas bekerja disini. Kau lihat, lowongan pekerjaan mana yang mau memperkerjakan orang yang tuli dan bisu bekerja dengan mereka. Kalau Doyoung yang menbawamu kemari, itu artinya dia hanya kasihan padamu.

Pulanglah, daripada kau menyesal berada disini nantinya. Aku tidak suka bekerja dengan orang cacat, itu membuatku merasa direndahkan.

Direndahkan.

Apa Jaemin seburuk itu?

Jaemin melamun memikirkan ucapan Mark di cafe itu. Bahkan tak sadar jika sang nenek memasuki kamarnya.

"Kenapa melamun, hmm?"

Jaemin tersentak pelan dan segera menoleh pada sang nenek yang berada di ambang pintu.

Wanita tua itu mendorong kursi rodanya mendekati Jaemin, menatap cucunya itu dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang.
"Ada masalah, ya?"

Jaemin menggeleng pelan.
"Tidak ada..."

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang