Jaemin masuk ke dalam cafe yang masih sepi itu. Hanya ada beberapa karyawan dan Mark di sana. Jaemin segera masuk ke ruang ganti dan setelah itu menyiapkan mesin kopinya.
"Kau datang di akhir pekan juga?" Tanya salah satu karyawan disana.
Jaemin mengangguk pelan, lalu mengeluarkan biji kopi dari laci bawah.
"Jaemin~ah, kau tahu? Hari ini Mark sangat aneh."
Jaemin menoleh menatap karyawan itu. Pantas saja Mark tak kelihatan dari tadi meski Jaemin tahu dia ada di cafe itu. Biasanya Mark akan ada bersama mereka. Entah itu menguias kue, atau sekedar mengawasi karyawan disana.
"Memangnya kenapa dengan dia?" Tanya Jaemin.
"Sejak dia datang tadi, Mark hanya berdiam diri di ruangannya. Dia tak keluar sejak tadi pagi sampai cafe ini dibuka. Ini pertama kalinya Mark seperti itu, rasanya aneh."
Jaemin berpikir sejenak, lalu mengedikkan bahunya. Itu bukan urusannya, lagipula Mark dan dia tak sedekat itu untuk mencemaskan satu sama lain.
Jaemin kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Selang beberapa saat, Mark lantas keluar dari ruang kerja lelaki itu.
"Mark, gwaenchana?" Mark mengangguk pelan menanggapi salah satu karyawan yang bertanya padanya.
Mark tampak pucat pagi itu, ada kantung hitam besar di bawah kelopak matanya.
"Kalau kau sakit, istirahat saja dulu. Lagipula sedang tak hanya pelanggan disini.""I'm okay." Balas Mark pelan sembari menggeleng.
Mark menatap Jaemin sekilas, sejujurnya melihat Jaemin membuatnya sedikit risih, namun ada satu hal yang membuatnya sedang malas menginterupsi anak itu hari ini.
Jaemin menoleh menatap Mark yang hanya diam saja. Ini aneh, namun setidaknya dia bisa bernafas lega karena mungkin dia bisa bekerja dengan tenang pagi ini.
"Jeno, kau mau kemana pagi pagi seperti ini? Bukankah ini akhir pekan?"
Jeno berdecak pelan mendengar suara sang ibu yang memanggilnya dari ruang makan.
"Doyoung Hyung saja boleh pergi kapanpun dia mau, kenal aku tidak?" Jeno lantas melangkah keluar begitu saja tanpa memperdulikan lagi suara Irene yang terus memanggilnya.
Jeno sebenarnya tak tahu mau kemana dia sekarang. Dia hanya, entahlah...
Dia hanya sedang tak ingin dirumah. Suho juga tak bekerja dan membuatnya dirumah seharian, melihat ayah tirinya itu setiap saat tentu akan membuatnya jengkel. Terutama ketika Suho dan Irene mulai membandingkan bandingkan dirinya dengan Doyoung.
Sementara itu, Irene menghela nafas berat ketika mendengar suara motor Jeno yang muali menjauh.
Lagi lagi dia salah dimata putra bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...