"Jaemin masih belum datang, ya?"
Mark menoleh ketika mendengar percakapan ketiganya di balik kasir. Dia menghela nafas pelan, benar juga, Jaemin seminggu ini sama sekali belum terlihat.
"Apa menurutmu Jaemin baik baik saja?"
"Jaemin sudah melalui banyak hal, biarkan saja dia merenung untuk sementara ini." Ucap Mark tiba tiba berjalan melewati mereka.
"Itu bukan merenung namanya, lagipula Jaemin tak mungkin seterpuruk itu, kan?" Ucap Haechan santai, Renjun lantas memukul kepala anak itu, bisa bisanya mengucapkan hal aneh di situasi seperti ini.
Mark berdecak pelan menanggapi lelaki gila yang satu itu, dia lantas mengambil susu untuk membuatkan latte sesuai pesanan.
"Jujur saja, aku sedih dengan Jaemin. Dia sudah banyak berjuang untuk hidupnya, tapi kenapa dunia selalu mempermainkan anak itu?" Tanya Haechan lagi.
"Ada alasan dibalik semua hal yang terjadi di dunia ini, Lee Haechan." Balas Mark sambil fokus pada latte nya.
"Hidup tak akan jauh lebih mudah hanya karena kau sudah berjuang, kau yang harus semestinya kuat."
"Mungkin itu yang Jaemin belum miliki saat ini. Dia memang sudah banyak berjuang untuk hidupnya, tapi kalian tidak tahu kalau dia kuat atau tidak, kan? Memangnya siapa yang tahu kalau Jaemin mungkin juga punya pikiran untuk mengakhiri hidupnya?"
Baik Haechan, Jeno, maupun Renjun terdiam ketiganya mendengar kata kata Mark.
Mark lantas kembali fokus pada latte yang ada dihadapannya. Pikirannya sedikit terganggu dengan Jaemin, membuat lelaki itu tak fokus dan akhirnya menunpahkan latte nya.
"Ahh, panas!" Ucap Mark sambil meringis pelan.
"Salah sendiri tidak fokus." Gumam Haechan sedikit mengejek.
"Jangan hanya bicara, ambilkan aku tissue!" Ucap Mark kesal. Haechan memutar bola matanya malas, namun tetap memberikan tissue pada Mark.
"Kau pasti tidak fokus, apa yang kau pikirkan?" Ucap Haechan sambil memberikan tissue.
"Bukan sesuatu yang penting."
"Kau ada waktu malam ini? Aku ingin bicara."
"Soal apa?" Tanya Mark bingung.
"Tentang kau."
Cafe sudah tutup hampir satu setengah jam yang lalu. Jeno baru saja sampai di rumahnya, dia memarkirkan motornya di garasi sebelum masuk ke dalam rumah.
Sayup sayup dia mendnegar suara perdebatan Doyoung dan Suho. Apa yang dilakukan ayah dan anak itu malam malam seperti ini?
"Jeno itu bukan anak anak! Kenapa appa mengirim mata mata untuk mengawasinya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...