"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya."
"Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...
Jaehyun menghembuskan asap rokoknya dengan tatapan santai. Persetan dengan leukimia yang kini menggerogoti tubuhnya, lagipula Jaehyun ingin cepat cepat mati daripada harus tersiksa dengan hal hal duniawi yang tak akan pernah lagi bisa didapatnya.
Di sebelahnya, ada Taeyong yang menatap Jaehyun dengan tatapan kesal. Lelaki itu selalu saja melampiaskan stres nya pada rokok atau alkohol. Dia menghamburkan uang yang adiknya cari dengan susah payah. Taeyong tahu, Jaehyun salah. Namun otak lelaki itu lebih keras dari beton, percuma menasehati lelaki itu sampai mulutnya berbusa.
"Hentikan itu, Jaehyun."
Jaehyun mengabaikan ucapan sahabat nya. Dia kembali menghisap rokok itu dalam dalam dan menghembuskan asapnya. Taeyong berdecak kesal dan merebut rokok itu, lantas melemparnya ke lantai dan menginjaknya sampai tembakau rokok itu berceceran di lantai.
"Jangan seperti ini, Jaehyun. Sudah tahu sakit, tapi masih saya mencari mati."
Jaehyun berdecak kesal. Sepertinya dia menyesal karena memilih jujur dan mengatakan pada Taeyong kalau dia terkena leukimia. Lelaki itu sengaja mendatangi rumah Taeyong dan menceritakan semuanya dengan santai.
Reaksi Taeyong? Tentu saja lelaki itu terkejut bukan main. Dia panik dan hampir seperti orang kesetanan. Namun Jaehyun bilang, penyakit itu belum terlalu parah. Masih ada waktu untuknya agar bisa sembuh, itupun kalau dia mau berusaha.
"Jaemin masih membutuhkanmu. Itu yang harus kau ingat. Jangan egois, Jaehyun. Anak itu masih terlalu muda untuk kau tinggalkan."
Jaehyun menatap Taeyong tajam. Dia tak suka kalau Taeyong sudah membawa bawa Jaemin ke dalam pembicaraan mereka.
"Hentikan itu. Aku tidak suka kalau kau membawa bawa Jaemin. Anak itu, aku tidak sudi menyebutkan adikku. Kau tidak tahu rasanya kehilangan kedua orantuamu sekaligus!"
"Aku tahu betul rasanya, Jaehyun. Kau tahu sendiri kedua orangtuaku sudah bercerai. Masing masing dari mereka kini hidup dengan kekasih barunya. Aku sendirian, kita sama. Kita kehilangan kedua orangtua kita."
"Aku tahu rasanya, Jaehyun. Karena itu ceritakan semua keluh kesahmu padaku. Bukan melampiaskan nya dengan menyakiti dirimu sendiri."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jaemin!"
Jaemin menoleh ketika mendapati Jeno memanggilnya. Lelaki itu baru saja ingin pergi ke perpustakaan, namun langkahnya harus berhenti karena panggilan Jeno bersama Haechan dan Renjun.
"Hari ini kau ada shift kerja?" Tanya Jeno.
Jaemin menggeleng pelan. Hari ini memang jadwal dia libur kerja. Dia tak punya shift kerja hari ini.
"Kami mau pergi menonton. Kau mau ikut?"
Jaemin terdiam mendengar ajakan Jeno. Seorang Lee Jeno mengajaknya pergi?