Taeyong masuk ke mobilnya dengan raut wajah dingin. Percakapan dengan Doyoung benar benar membuatnya kesal meski pembicaraan itu hanya singkat.
Ini adalah pembicaraan kesekian kalinya ketika Doyoung meminta Taeyong untuk berbicara pada Jeno agar adiknya itu mau sedikit melembut pada saudara tirinya. Dan sudah berulang kali, Taeyong menelepon Jeno, atau mengirim pesan pada adiknya itu, tapi semuanya diabaikan.
Lama lama, Taeyong mulai lelah dan memilih menyerah. Tak ada lagi telepon atau pesan yang di kirim pada adik satu satunya itu. Terhitung setahun ini, sekalipun mereka tak berbicara lewat telepon, mengirim pesan, atau bahkan bertemu.
Taeyong menghela nafas pelan. Menatap nomor Jeno yang tertera di layar ponselnya. Haruskah dia menghubungi Jeno lagi? Tapi bagaimana kalau Jeno lagi lagi tak mengangkatnya?
Sementara itu, Jeno sedang makan di kantin sekolah bersama Haechan dan Renjun. Lelaki itu hanya diam sambil memandangi dua mahluk ajaib di depannya ini yang tengah berdebat hanya karena membahas kimchi.
"Kimchi itu lebih enak dimakan dengan tteokbokki!" Ucap Haechan.
"Tidak, kimchi itu paling enak dimakan dengan ramyeon!" Balas Renjun tak terima.
"Ramyeon itu paling enak dimakan dengan acar lobak, pendek!"
"Justru tteokbokki yang paling enak dimakan dengan acar lobak!"
Jeno menghela nafas pelan, diam diam mencuri kimchi di piring keduanya karena mereka sibuk berdebat. Jeno menatap Jaemin yang makan sendirian di pojok kantin. Tatapannya kosong, dan caranya makan menunjukkan kalau dia tak berselera sama sekali.
Drrrrttttt.... Ddrrrttttt....
Ponsel Jeno bergetar, namun lelaki itu mengabaikan dan tetap melanjutkan acara makannya.
"Jeno, ada telepon di ponselmu." Ucap Renjun sembari menghentikan perdebatan keduanya. Dia mengalah, terserah Haechan saja.
"Siapa yang menelpon?" tanya Haechan.
Jeno melirik ponselnya.
Taeyong hyung is calling...
Jeno terdiam untuk beberapa saat, ini pertama kalinya hyung nya itu meneleponnya dalam kurung waktu setahun terakhir setelah lelaki itu menyerah menelpon Jeno karena selalu dia abaikan. Jeno pikir, mungkin mereka benar benar akan menjadi orang asing.
"Biarkan saja." Balas Jeno, lelaki itu kembali meneguk airnya.
"Angkat saja dulu, siapa tahu penting. Ini pertama kalinya Taeyong hyung meneleponmu setelah setahun tak ada kabar, kan?" Ucap Haechan serius.
"Sirheo, pasti dia hanya menyuruhku untuk bersikap baik pada eomma."
"Itu namanya bukan menyuruh, Jeno. Tapi mengingatkan." Sambung Renjun. Haechan mengangguk menanggapi ucapan Renjun. Kali ini dia setuju pada ucapan lelaki itu.
"Angkat saja. Hanya untuk sekali ini."
Jeno berdecak pelan, lalu mengangkat telepon itu.
"Apa maumu?"
Taeyong terperanjat ketika mendengar suara berat sang adik setelah setahun.
"Kau sibuk?"
"Sangat."
"Hyung mau bertemu, ada waktu?"
"Tidak."
"Ayolah Jeno..."
"Tidak."
Jeno mematikan telepon itu dengan perasaan kesal, membuat Haechan dan Renjun terdiam dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...