29. Old Memory

10.8K 1.9K 76
                                    

Aku tak menyesali apapun selama ini.

Apa yang aku terima dari orang lain, apa yang aku dengar, cacian, makian, hinaan, asalkan aku bisa hidup, aku akan terus bekerja seperti orang gila.

Aku tak menyesalinya. Tapi aku sadar, di semua tempat, dimanapun aku berada, aku sadar tak ada satupun yang berada di sisiku, itu membuatku sedih dan kecewa. Jadi sebenarnya, apa gunanya aku hidup?

 Jadi sebenarnya, apa gunanya aku hidup?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tak mau pulang..." Lirih Jaemin pelan sambil menyandarkan kepalanya pada dinding kamar Jeno.

Jeno, Haechan, dan Renjun hanya saling pandang untuk sesaat, sebelum pada khirnya mereka menatap Jaemin sedih.

"Hyung mu pasti mencarimu sekarang." Ucap Renjun.

"Persetan." Balas Jaemin.

Ketiganya lantas diam. Tak ada satupun yang bisa mengerti isi pikiran seorang Jung Jaemin. Sementara Jaemin masih terduduk dengan pandangan kosong, menatap jendela kamar Jeno yang kini sudah dihiasi mentari pagi.

"Aku lelah tinggal bersamanya..." Lirih Jaemin sedih.

Waktu itu, bertahun tahun silam. Saat Jaemin masih berusia 5 tahun, dan Jaehyun berusia 15 tahun.

Kaki kecil Jaemin melangkah pelan menaiki tangga, sesekali dia memanjat tangga, atau melompatinya, karena kaki kecilnya itu tak sampai untuk menapaki anak tangga yang terlalu tinggi dan melelahkan untuknya.

Wajahnya terlihat girang, bersiap menemui kedua orangtuanya untuk menunjukkan gambar yang tadi dia lukis di sekolah.

"Eomma, appa! Aku—"

Ucapan Jaemin terpotong ketika dia berdiri di depan pintu kamar kedua orang tuanya.

"Wahh, Jaehyun terpilih untuk ikut olimpiade, ya? Eomma bangga sekali padamu!!!"

"Haruskah kita rayakan? Appa akan mengajak Jaehyun ikut ke perusahaan untuk dikenalkan pada kolega perusahaan dan orang orang penting disana!"

Terlihat kedua orang tuanya sangat bahagia dan bangga pada putra mereka itu. Gambar yang ada di tangan Jaemin terjatuh ketika melihat ketiganya tertawa lepas.

Matanya menangkap sosok Jaehyun yang dihujani ciuman dari sang ibu. Jaehyun juga terlihat sangat bangga dengan pencapaiannya.

Jaemin berbalik, kembali menuruni tangga dan berlari ke halaman belakang. Dia ingin mencari pelarian, namun tak tahu harus kemana. Alhasil, anak mungil itu hanya bisa duduk sendirian di ayunan halaman belakang sambil menggumam kesal.

"Kenapa hanya Jaehyun hyung terus yang di cium? Jaemin, kan mau juga!" Gumam Jaemin kesal.

"Apa Jaemin harus belajar terus seperti Jaehyun hyung agar bisa di cium eomma? Kenapa eomma hanya peduli pada Jaehyun hyung saja? Menyebalkan."

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang