44. Mark

10.1K 1.7K 146
                                    

Haechan meneguk botol soju nya. Jaemin sudah lebih dulu pulang sekitar 30 menit yang lalu. Malam sudah semakin larut, namun Haechan tetap tak bergeming di tempatnya. Dia ingin pulang, tapi tak tahu harus kemana.

Jika Haechan memilih menginap di rumah Renjun, maka dia akan dicerca banyak pertanyaan oleh lelaki itu. Haechan merasa seperti diinterogasi, dia tahu Renjun cemas, namun Haechan tak begitu suka ditanya terlalu dalam mengenai masalahnya.

Jika ke rumah Jeno, itu mustahil. Meski sekarang Jeno sudah tinggal dengan Taeyong, Haechan tetap saja enggan merepotkan keduanya.

Jaemin...

Sebenarnya, pergi ke rumah Jaemin itu ide yang bagus. Dia sudah mengenal Jaehyun lebih dekat. Ternyata lelaki itu begitu dewasa dengan banyak nasihat yang sering diberikannya. Hal yang sama dengan Jaemin, anak itu adalah pendengar yang baik.

Namun Jaehyun sekarang sedang sakit. Dan Jaemin pasti tengah mengueus kakaknya itu. Haechan disana hanya akan menjadi patung saat Jaemin sedang kerepotan.

Seseorang terlintas di kepala Haechan. Haechan terkekeh pelan, lamats merogih sakunya untuk mengambil ponsel.

"Mark hyung."

"Apa?! Aku tak punya waktu berdebat, kalau kau—"

"Boleh aku menginap di rumahmu malam ini?"

Tampak Mark terdiam untuk beberapa saat.

"Tiba tiba?"

"Bolehkah? Kalau tidak boleh juga tidak apa apa..."

Mendengar suara Haechan yang terdengar parau membuat Mark sedikit heran. Tak biasanya lelaki itu meneleponnya dengan suara sendu seperti itu. Pasti sesuatu yang serius telah terjadi.

"Kau ada dimana?"

"Di sungai Han."

"Aku ada di sekitar sungai Han sekarang, aku akan menemuimu."

Haechan tersenyum tipis.
"Gomawo..."

Haechan lalu memutuskan panggilannya. Dia menghela nafas pelan. Segila gilanya Haechan setiap kali berasal di dekat Mark, lelaki itu masih waras. Dia masih mengerti bagaimana cara agar dia tak merepotkan orang lain.

Tak lama, Mark datang dengan sweater hitamnya. Dia menghampiri Haechan dan duduk di sebelah lelaki itu.

"Menyusahkan saja." Gumam Mark pelan.

"Aku tak memintamu datang kemari, kan?" Balas Haechan sembari meneguk botol soju nya.

Mark merampas botol soju dari tangan Haechan.
"Aku benci orang mabuk menginap di apartemenku."

Haechan menatap Mark sebentar, sebelum memalingkan wajahnya.

"Jadi apa yang membuat seorang Lee Haechan menjadi sekacau ini?" Tanya Mark.

"Orang tuaku akan bercerai."

Mark tertegun mednegar penuturan Haechan. Dia lantas mengangguk mengerti. Ya, mau segila gila atau setidak waras apapun seorang anak dihadapan teman temannya, dia pasti akan kacau jika sesuatu yang buruk menyangkut orang tuanya.

"Aku tidak ingin ikut siapapun. Jadi aku memutuskan untuk kabur. Bisakah aku menginap di apartemenku untuk sementara?"

Mark mengangguk.
"Baiklah. Asal kau tak gila saja."

Haechan tampak diam untuk beberapa saat.
"Jadi selama ini kau hanya menganggapku sebagai anak gila yang selalu mengusikmu?"

"Yakk, bukan itu maksudku."

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang