37. Accident

11K 1.9K 211
                                    

Kalau waktu bisa diputar kembali, mungkin Jaehyun akan lebih memilih untuk menurunkan egonya. Setelah dipikir pikir, bersikap sedikit baik pada saudara sendiri juga tak terlalu buruk mengingat keduanya tak pernah dekat sama sekali.

Jaehyun tersenyum tipis menatap jendela kamarnya. Yang dikatakan Taeyong benar. Jaemin tidak butuh bantuan apapun soal finansial. Dia hanya ingin Jaehyun sembuh, dan itu sudah sangat cukup baginya.

Sementara itu, Jaemin masih fokus pada buku yang ada dihadapannya. Sesekali lelaki itu mengusap tengkuknya yang terasa sakit akibat terus menunduk. Kamar neneknya tak memiliki meja belajar, jadi mau tak mau, Jaemin duduk bersila dengan buku yang dia letakkan di lantai. Jaemin harus menunduk untuk mengerjakan tugasnya.

Selamat malam.

Ucapan Jaehyun tiba tiba berputar di kepalanya. Kenapa sebenarnya lelaki itu? Kenapa dia mendadak menjadi aneh?

Jaemin merutuki dirinya sendiri.
"Aish, kenapa tadi aku menangis di hadapan Jaehyun hyung? Ahh, memalukan."

Jaemin berdecak pelan. Terutama karena dia benar benar menangis tersedu sedu dihadapan Jaehyun. Itu sangat memalukan, karena Jaemin belum pernah menangis dihadapan Jaehyun sebelumnya.

Memalukan.

"Dia tidak masalah dengan itu, kan? Jaehyun hyung tidak akan menganggapku cengeng, kan? Aish, apa yang harus kulakukan sekarang?"

Cek lek!

Jaemin terlonjak kaget sambil menatap Jaehyun yang berdiri diambang pintu.

"Sedang apa?" Tanya Jaehyun.

"Be-belajar..."

Jaehyun mengerutkan keningnya.
"Dengan posisi seperti itu?"

Jaemin lantas menatap buku bukunya yang berserakan di lantai.

"Pindah."

"Tapi-"

"Pindah saja, kalau kau belajar seperti itu, lehermu bisa sakit. Mau mendadak bodoh?" Tanya Jaehyun.

Mau tidak mau, Jaemin lantas menurutinya. Jaemin membereskan buku bukunya dan pindah ke kamarnya, dan Jaehyun.

Canggung. Jaemin kini belajar di meja belajarnya seperti biasa, dengan Jaehyun yang tengah fokus pada ponselnya.

"Kau kenal Kim Doyoung?" Tanya Jaehyun tiba tiba.

Jaemin menoleh, lalu mengangguk pelan.
"Dia bos ku."

"Ahh, kau bekerja di cafenya?"

"Iya, hyung mengenalnya?"

"Ya, aku sempat mengenalnya. Dia saudara tirinya Taeyong. Taeyong juga pernah cerita tentang Doyoung, jadi aku tahu. Ahh, bukankah kau berteman dengan adik Taeyong? Siapa namanya? Je... Je..."

"Jeno."

"Ya, itu maksudku."

Canggung. Setelah percakapan yang tak sampai 5 menit itu, Jaehyun kembali fokus pada ponselnya, sementara Jaemin kini kembali berkutat dengan banyak angka yang tertera di buku.

"Aku tiba tiba rindu eomma appa..."

Jaemin menunduk mendengar ucapan Jaehyun. Dia merasa bersalah.

"Jaemin, kenapa waktu itu kau bersikeras tak mengizinkan aku ikut merayakan ulang tahunmu?"

Deg!

Jaemin terdiam. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya pada Jaehyun. Hanya saja, itu tidak mungkin.

Dia tidak mungkin bilang pada Jaehyun kalau dia ingin sekali saja merasakan bagaimana rasanya menjadi satu satunya anak kedua orangtuanya, kan? Dia tak mungkin bilang pada Jaehyun kalau dia selalu iri setiap kali melihat orangtuanya begitu bahagia merayakan ulang tahun Jaehyun tanpa memikirkannya.

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang