Jaehyun duduk di atas kasurnya. Ditemani sinar bulan yang masuk di celah ventilasi menjadi satu satunya sumber cahaya di kamarnya yang gelap itu.
Tangan kanan Jaehyun menggengam sebuah baju yang dia ambil asal dari lemari. Baju itu kini dipenuhi bercak bercak merah bekas mimisannya tadi.
Matanya memberat, sementara kepalanya dia sandarkan pada dinding. Jaehyun berusaha untuk tetap sadar meski dia sangat ingin sekali tertidur lelap.
Mimpi buruk itu datang lagi.
Entah kenapa Jaehyun selalu bermimpi aneh akhir akhir ini.
Dia bermimpi jika dirinya berdiri jauh dari karamaian, menyaksikan sekumpulan orang dengan pakaian serba hitam tengah berdiri di sebuah makam, dengan foto dan namanya di nisan itu. Yang membuat Jaehyun terhenyak adalah, dia melihat sosok Jaemin hanya duduk terdiam dengan bibir membentuk seringaian menatap ke arah nisannya. Seolah Jaemin bahagia karena Jaehyun mati.
Memang itu hanya mimpi. Namun Jaehyun terlalu takut untuk mengingatnya.
Jaehyun mendesis pelan ketika darah kembali mengalir dari hidungnya. Tubuhnya sudah terlalu lemas untuk bangkit dan berjalan ke kamar mandi.
Jaehyun tahu penyakitnya semakin parah. Terutama dia tak melakukan pengobatan apapun seperti yang Yuta anjurkan.
Tentu saja sel kanker itu akan semakin cepat menghabisi tubuhnua. Membuat Jaehyun tersiksa dengan rasa sakit yang dia cerita setiap hari.
Jaehyun ingat satu kalimat yang Jaemin pernah ucapkan padanya.
Satu kalimat yang membuatnya mulai meragukan keinginannya untuk dekat dengan adik satu satunya itu.
Satu kalimat yang Jaehyun ingat sampai sekarang. Yang membuat lelaki itu semakin yakin jika sebenarnya Jaemin tak benar benar menganggap Jaehyun sebagai saudara.
"Aku harap hyung mati saja."
Jaehyun ingat betul, suara bisikan anak itu ketika berbisik padanya. Jaemin mengucapkannya dengan begitu yakin tanpa ada keraguan. Seolah dia memang benar benar berharap hal itu terjadi.
Jaehyun tentu saja tak tidur saat Jaemin membisikkan hal itu padanya. Dia bahkan masih sangat sadar ketika Jaemin membuka pelan pintu kamarnya dan berjalan mengendap untuk masuk ke dalam.
Jaehyun ingat, dan Jaehyun tahu.
Drrrrtttt.... Drrrrtttttt....
Jaehyun melirik ponsepnya diatas nakas, dimana nama Yuta tertera disana.
"Apa?"
"Aku punya feeling kalau kau tengah pusing saat ini. Gwaenchana? Ada yang sakit? Apa aku harus kesana?"
"Tidak, aku hanya mimpi buruk saja tadi."
"Jangan berbohong."
"Aku tidak berbohong..."
Tampak Yuta diam sejenak di seberang sana, sementara Jaehyun mencoba menetralkan rasa pusing yang kini semakin menyerangnya.
"Yuta..."
"Hmm?"
"Kenapa hidupku begitu sulit?" Tanya Jaehyun dengan nada lirih.
Tak ada balasan dari seberang sana, Yuta diam sejenak.
"Kenapa Tuhan harus membuat hidupku sesulit ini?"
"Jangan menyalahkan Tuhan, Jaehyun. Tuhan tidak akan mengubah situasi sulit yang kita hadapi begitu saja, karena bagi-Nya, kita lah yang harus tahu bagaimana cara mengatasi situasi sulit itu. maka dari itu, daripada kau berdoa dan terus mengeluh tentang nasibmu, bagaimana kalau kau berdoa dan meminta Tuhan agar mengajarimu cara bersyukur saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...