"Sudah semua?"
Jeno tersenyum tipis sembari mengangguk mendengar penuturan Taeyong. Taeyong lantas mengambil koper koper Jeno dan memasukkannya ke dalam bagasi mobilnya. Sementara itu, Jeno kini berpamitan pada Irene.
"Baik baik jika kau tinggal bersama Taeyong nanti. Jangan nakal, jangan menyusahkannya juga. Kau mengerti?"
"Iya, aku tahu itu." Jeno lantas memeluk Irene. Sementara Doyoung hanya menatap keduanya dengan tatapan sendu.
Pandangannya lantas beralih pada Taeyong yang masih sibuk memasukkan koper koper Jeno ke bagasi mobil.
Doyoung lantas menghampiri lelaki itu.
"Taeyong..."Taeyong menoleh, menatap sosok lelaki yang berdiri di sebelahnya itu sebentar sebelum kembali membuang muka.
"Jaga Jeno, ya?"
"Kau tidak perlu mengatakan hal itu pun aku akan menjaganya. Dia ADIK KANDUNGKU." Balas Taeyong datar sembari menekankan kata adik kandungku.
Doyoung terdiam sebentar sebelum kembali mengangguk. Dia lantas mengeluarkan sebuah catatan kecil dan memberikannya padamu Taeyong.
"Kau mungkin butuh ini nanti."
Taeyong mengerutkan keningnya.
"Apa ini?" Tanyanya sembari membuka kertas itu."Bukanya nanti saja."
Taeyong memutar bola matanya malas dan memasukkan catatan itu ke sakunya.
"Jeno, kajja!" Ucap Taeyong sembari masuk ke dalam mobil.
"Aku pergi dulu." Irene mengangguk, lantas membiarkan Jeno masuk ke dalam mobil saudaranya.
Jeno menatap Doyoung sebentar sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil bersama Taeyong. Mobil sport hitam itu lantas melaju meninggalkan pekarangan rumah. Menyisakan Irene dan Doyoung yang masih berdiri menatap mobil Taeyong yang perlahan menghilang dari kejauhan.
Irene mendekati putranya yang satu itu. Dia mengusap punggung Doyoung sembari tersenyum.
"Gwaenchana?"Doyoung mengangguk. Meski dia tak bisa menyembunyikan raut kesedihan dan kekecewaan di wajahnya.
"Aku melakukan sesuatu yang benar, kan?" Tanya Doyoung.
"Ya, sangat benar." Balas Irene.
Beberapa bulan kemudian.
"Dingin sekali udaranya, musim gugur benar benar menyebalkan." Gerutu Renjun sembari mengusap kedua telapak tangannya. Jeno dan Haechan yang ada disebelahnya hanya tertawa melihat ekspresi kesal Renjun. Sementara Jaemin hanya tersenyum sambil sesekali menatap pohon pohon yang daunnya mulai berguguran.
"Udaranya bukan dingin, tapi sejuk." Balas Jaemin. Jeno mengangguk menyetujui ucapan lelaki itu.
"Sejuk apanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...