24. Childhood

10.7K 1.9K 161
                                    

"Hyung sudah makan?"

Jaehyun menoleh pada sang adik yang berdiri di ambang pintu kamar mereka sambil memegang sebuah paper bag berisi 2 porsi roti isi.

Jaehyun menggeleng pelan, dia tak nafsu makan seharian ini. Setiap kali mencium bau makanan, dia akan merasa sangat mual. Jaehyun benci itu, dan dia benar benar tak bisa makan apa apa selain meminum air.

"Makan dulu, ya? Aku juga beli untuk halmeoni."

Jaemin lamtas mengeluarkan sebuah kotak berisi roti isi dan susu. Mungkin ini cukup untuk mengganjal perut mereka malam ini.

Jaehyun melirik Jaemin. Lelaki itu tampak sibuk membereskan beberapa barang yang sedikit berantakan di kamar mereka. Jaehyun menghela nafas pelan.
"Kau makan saja, aku tidak lapar."

Jaemin mengerutkan keningnya. Tumben sekali.

Jaemin menggeleng pelan.
"Tidak perlu, aku tadi sudah makan bersama beberapa temanku."

Jaehyun diam diam mengiyakan. Jaemin tadi memang sudah makan. Jaehyun sendiri yang melihatnya tertawa bersama teman temannya tadi.

"Kau punya teman?" Tanya Jaehyun tiba tiba.

"Entahlah, aku tidak tahu hari menganggap mereka teman atau tidak. Aku masih ragu apakah mereka memang benar benar mau menjadi temanku. Hyung tahu sendiri, kan... Aku tidak pernah punya teman."

Kalimat terakhir yang Jaemin ucapkan cukup untuk membuat Jaehyun bungkam. Anak itu benar. Jaehyun sama sekali tak pernah melihat Jaemin bersama teman temannya, bahkan sekalipun. Karena itu Jaehyun merasa asing ketika melihat Jaemin makan di sebuah restoran bersama orang lain.

"Aku tidak lapar. Kau makan saja." Ucap Jaehyun, lalu menarik selimutnya.

"Hyung makan saja dulu. Kau belum makan apapun seharian ini. Mana mungkin kau tifak lapar..."

"Atau kau mau ku buatkan sesu-"

"Berhenti mencemaskan ku! Aku tidak butuh itu!" Sentak Jaehyun tiba tiba.

Jaemin terdiam, dia lanats menunduk.
"Baiklah kalau begitu, terserah mau dimakan atau tidak. Aku akan memberikan ini pada halmeoni dulu."

Setelah pintu tertutup, Jaehyun lantas duduk di kasurnya. Jaehyun. Mengusap wajahnya kasar, lalu menatap roti isi yang Jaemin taruh diatas nakas.

Jaehyun lantas mengambil roti itu dan mengunyahnya perlahan. Dengan susah payah, Jaehyun menelan sesuap roti itu. Namun tiba tiba, dia merasa mual. Dia lantas segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua makanannya.

Jaehyun memandangi cermin dan mengusap airmata yang hampir menetes di wajahnya. Tidak, dia tidak boleh menangis. Ayahnya pernah bilang, jika seorang lelaki menangis, maka artinya lelaki itu lemah.

Sementara itu, Jaemin masuk ke kamar Seunghee. Dia melihat wanita itu tengah duduk melamun seorang diri di kamarnya.

"Halmeoni."

Lamunan Seunghee buyar ketika mendapati cucunya masuk ke kamar sembari membawa roti isi.

"Makanlah, kau belum makan apapun sejak pagi, kan?"

Seunghee tersenyum tipis dan mengangguk, dia menerima roti isi yang Jaemin berikan dan memakannya perlahan.

"Kau sudah makan?" Tanya Seunghee. Jaemin mengangguk mendengarnya.

"Kau juga dulu suka roti isi, kan? Kau selalu meminta dibuatkan roti isi selai cokelat untuk bekalmu."

Jaemin kembali mengangguk pelan.
"Tapi eomma selalu membuatkan roti selai stroberi karena Jaehyun hyung suka itu."

When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang