"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya."
"Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...
Jeno menoleh pada Renjun sebelum dia mengedikkan bahunya. Ketiganya kini sedang bekerja di cafe Doyoung, sementara Jaemin sudah seminggu ini sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya.
Mereka sudah beberapa kali ke rumah Jaemin, namun sama sekali tak ada balasan dari dalam. Cemas? Tentu saja, bagaimana mungkin seorang Jung Jaemin yang biasanya sangat produktif bisa tak keluar rumah sampai seminggu?
"Jaemin sudah melalui banyak hal, biarkan saja dia merenung untuk sementara ini." Ucap Mark tiba tiba berjalan melewati mereka.
"Itu bukan merenung namanya, lagipula Jaemin tak mungkin seterpuruk itu, kan?" Ucap Haechan santai, Renjun lantas memukul kepala anak itu, bisa bisanya mengucapkan hal aneh di situasi seperti ini.
Mark berdecak pelan menanggapi lelaki gila yang satu itu, dia lantas mengambil susu untuk membuatkan latte sesuai pesanan.
"Jujur saja, aku sedih dengan Jaemin. Dia sudah banyak berjuang untuk hidupnya, tapi kenapa dunia selalu mempermainkan anak itu?" Tanya Haechan lagi.
"Ada alasan dibalik semua hal yang terjadi di dunia ini, Lee Haechan." Balas Mark sambil fokus pada latte nya.
"Hidup tak akan jauh lebih mudah hanya karena kau sudah berjuang, kau yang harus semestinya kuat."
"Mungkin itu yang Jaemin belum miliki saat ini. Dia memang sudah banyak berjuang untuk hidupnya, tapi kalian tidak tahu kalau dia kuat atau tidak, kan? Memangnya siapa yang tahu kalau Jaemin mungkin juga punya pikiran untuk mengakhiri hidupnya?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jaemin, buka pintunya." Ucap Jaehyun entah untuk yang ke berapa kalinya.
Jaehyun menatap sendu nampan berisi makanan yang dia letakkan di depan pintu kamar sang nenek, siapatahu Jaemin lapar dan berniat untuk makan.
Namun diluar dugaan, nampan berisi makanan itu sama sekali tak tersentuh sedikitpun.
Jaehyun mengulum bibirnya. "Jaemin, jangan sampai ku dobrak pintunya! Kau belum makan apapun sejak semalam!"
Di dalam sana, Jaemin tengah berbaring lemah diatas kasur tipis milik sang nenek. Matanya menatap satu ke arah pintu, tubuhnya sudah sangat lemas, dan Jaemin tak sanggup bergerak.
Suaranya sudah seperti bisikan saking lemahnya, Jaemin sakit, dan dia tak bisa berbuat apa apa.
"Jaemin!!!!" Ucap Jaehyun lagi.
"Buka pintunya!!!"
"Jangan sampai kesabaranku habis, buka atau ku dobrak!!!"
Jaehyun menatap cemas pintu itu, bagaimana ini? Apa Jaemin kasih hidup di dalam sana? Dia tidak mungkin bunuh diri, kan?