18. My Birthday

11.1K 2.1K 251
                                    

Haechan, Renjun, dan Jeno kini berjalan pulang dari rumah Jaemin. Tak ada yang membuka suara mengingat kejadian canggung yang terjadi disana. Mereka terkejut, dan Jaemin yang merasa malu.

Ketiganya langsung bergegas pulang setelah makan. Mereka berpamitan pada Seunghee, dan Jaemin hanya diam tanpa mengucap sepatah katapun ketika mengantarkan mereka sampai ke depan pintu.

Sementara itu, Jaemin masuk ke dalam kamarnya. Disana ada Jaehyun yang sibuk mengobrak abrik laci meja belajarnya.

"Kau cari apa?" Tanya Jaemin.

Jaehyun menoleh menatap adiknya itu, dengan perasaan kesal, dia menghampiri Jaemin.
"Dimana uangmu?"

Jaemin menghela nafas pelan, lalu mengambil tas sekolahnya dan memberikan beberapa lembar won pada Jaehyun. Seketika Jaehyun tersenyum puas dan kembali merebahkan tubuhnya pada kasur.

"Sial, kamar ini terlalu sempit untukku. Terutama aku harus berbagi kamar dengan anak tuli sepetimu. Aku harap wanita tua itu cepat mati agar aku bisa pindah ke kamarnya."

"Lagipula seharusnya aku punya kamar sendiri."

Jaemin hanya diam mendengar ucapan Jaehyun. Dia lantas duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku.

Jaemin tak ingin tahu apapun tentang kesibukan kakak lelaki satu satunya itu. Jaemin tahu yang membuat kehidupan mereka jadi sial seperti ini adalah dirinya, dan dia pantas mendapat hukuman.

Hanya saja...

Apa hukuman ini terlalu berat?

Dia kehilangan pendengarannya, kehilangan kedua orang tuanya, kehilangan segalanya. Dan di usia seperti ini dia harus banting tulang mencari uang untuk menghidupi dirinya, satu wanita lumpuh, dan satu lelaki pecundang.

Jaemin mengusap kepalanya yang mulai membengkak karena Jaehyun tadi. Dia mulai merasa sedikit pusing. Apakah separah itu? Jaemin tak tahu separah apa Jaehyun memukulnya tadi sampai sampai Jeno dan yang lain melotot kaget dibuatnya.

"Yakk, anak tuli."

Jaemin menoleh menatap Jaehyun.
"Apa?"

"Kalau seandainya wanita tua itu mati, apa yang akan kau lakukan?"

Jaemin berpikir sebentar mendengar pertanyaan random Jaehyun. Sejujurnya, dia tak terlalu menyayangi Seunghee sebagai neneknya. Mungkin Jaemin juga tak akan menangis jika wanita tua itu mati.
"Aku tidak tahu..."

"Kalau seandainya wanita tua itu mati, aku ingin kita pisah kamar. Bersamamu dalam satu ruangan sempit ini benar benar membuatku muak."

Jaemin hanya diam dan sibuk menulis di bukunya. Dia mengabaikan ucapan Jaehyun yang membuat telinganya panas.

"Jung Jaemin."

"Kau kesulitan dengan finansial kita sekarang ini, kan?"

"Kalau saja kau tak egois saat hari ulang tahun sialanmu itu, mungkin sekarang kau bisa tidur di kamar yang tenang dan tanpa alat bodoh yang menyangkut di telingamu seperti sekarang ini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang