Satu hal yang kini Jaehyun rasakan setiap kali melihat sosok yang dia benci selama ini.
Ragu.
Jaehyun awalnya berpikir, mungkin jika wanita tua yang lumpuh yang selalu menyusahkan itu mati, dia akan pergi meninggalkan Jaemin dan memulai hidup baru. Mungkin dia akan mengganti namanya? Atau pindah? Apapun yang tak memiliki hubungan dengan Jaemin.
Namun setelah semua yang dia inginkan benar benar terjadi...
Kenapa Jaehyun merasa ragu?
Setiap kali melihat Jaemin pulang larut malam setelah bekerja, atau makan sendirian di tengah malam, atau saat berjalan sendirian di pinggir jalan, saat anak itu tak pernah sekalipun Jaehyun lihat merasa bahagia.
Seperti ada keinginan untuk memperbaiki semuanya.
Jaemin sudah berangkat kerja beberapa jam yang lalu. Akhirnya anak itu memutuskan untuk kembali sekolah dan bekerja, namun Jaehyun masih ragu dengan keputusannya sendiri.
Tidak, dia tidak boleh terus menerus meminta saran Yuta, Taeyong, atau Johnny. Ini hidupnya, dia yang harus memutuskannya sendiri.
Tapi bagaimana kalau jalan yang dia ambil ternyata salah?
Bagaimana kalau semuanya hanya semakin buruk?
Lagipula umurnya juga tak akan lama lagi dengan penyakit separah ini.
Jaehyun mengacak rambutnya kasar. Dia tak mungkin terus menerus berdiam diri seperti ini, kan? Dia tak mungkin membiarkan Jaemin berjuang sendirian. Justru Jaemin kini menjadi tanggung jawabnya.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Gumam Jaehyun bingung.
"Kau bisa mengerjakannya? Jangan terlalu memaksakan diri." Jaemin menoleh menatap Jeno yang menghampirinya ketika lelaki itu tengah menggiling kopi.
Bukan apa apa, Jeno hanya heran saja melihat Jaemin begitu menyibukkan diri setelah seminggu tak keluar rumah sama sekali.
"Aku bisa, lagipula aku merasa tidak enak karena sudah bolos seminggu. Aku harus bekerja lebih giat, kan?"
"Tapi kau pucat, Jung Jaemin. Badanmu juga hangat. Jangan memaksakan diri kalau kau memang tak bisa, nanti kau sakit."
"Iya iya, aku tahu..."
Jeno menatap Jaemin sebentar sebelum akhirnya membiarkan lelaki itu. Sementara Jaemin kini fokus pada mesin kopi yang ada dihadapannya.
Jujur, dia sudah sangat lelah sekarang. Entah kenapa tulangnya terasa remuk, kepalanya juga sedikit pusing. Tapi mau bagaimana lagi? Dia harus tahu diri untuk mengganti jam kerjanya yang sudah seminggu ini terpaksa digantikan orang lain. Jaemin jadi merasa bersalah.
"Aish, lihatlah anak itu. Benar benar keras kepala." Gumam Jeno sambil menghampiri Renjun.
Renjun lantas memperhatikan Jaemin.
"Memangnya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...