Semua kisah, pasti akan memiliki akhirnya masing masing. Persetan apakah akhirnya bahagia, atau menyedihkan. Jika ceritanya sudah selesai, kau hanya bisa memetik apa yang bisa kau pelajari darinya.
Cek lek!
Jaehyun menatap sekeliling rumahnya. Sepi, tak ada siapapun disana. Lampu lampu belum dia hidupkan sejak dia masuk rumah sakit. Semuanya masih sama seperti terakhir kali dia tinggalkan saat dia dan Jaemin berencana untuk merayakan ulang tahun adiknya itu ke Namsan Tower.
Jaehyun masuk ke dalam rumahnya, menutup pintu rapat rapat. Air matanya kembali mengalir. Kini dia merasakan kesepian yang benar benar mencekik dirinya.
Lelaki itu masih lengkap dengan setelan hitamnya setelah pulang dari pemakaman tadi. Jaehyun lantas masuk ke dalam kamar. Lelaki itu duduk diatas kasur sembari menatap seisi kamarnya.
"Sial, kamar ini terlalu sempit untukku. Terutama aku harus berbagi kamar dengan anak tuli sepertimu. Aku harap wanita tua itu cepat mati agar aku bisa pindah ke kamarnya."
"Lagipula seharusnya aku punya kamar sendiri."
Kini, Jaehyun menyesali ucapannya waktu itu. Ternyata keinginannya itu benar benar terkabul. Dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Bahkan Tuhan memberikannya lebih.
Jaehyun mengusap airmatanya sembari menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya. Lelaki itu kembali terisak, padahal Jaehyun berharap jika air matanya kering setelah dia banyak menangis seharian ini.
Ada banyak yang disesalinya, ada banyak waktu yang terbuang, kesempatan, dan hal hal berharga yang bahkan Jaehyun tak pernah sadari. Kini Jaehyun sendirian, benar benar sendirian. Di rumah yang gelap dan sepi ini, lelaki itu hanya bisa menangis terisak sembari meringkuk di sudut kamar.
Seandainya waktu bisa diputar kembali, Jaehyun ingin mengubah banyak hal. Mengubah cara pandangnya tentang kehidupan, mengubah cara berpikirnya yang terlalu egois, mengubah perilakunya, dan mengubah keluarganya.
Namun nasi sudah menjadi bubur. Jaehyun hanya bisa menyesalinya.
Dia rindu orang tuanya, dia rindu adiknya, bahkan dia juga kini merindukan Seunghee. Ahh, wanita tua itu. Seandainya saja Jaehyun sedikit lebih baik padanya. Kini Jaehyun menyesali apa yang sudah dia lakukan pada wanita tua itu.
Tolong bangunkan dia dari mimpi buruk ini. Jaehyun benar benar ingin bangun. Namun itu mustahil, kini dia di hadapkan pada kenyataan pahit yang mau tidak mau harus diterimanya.
"Tolong bawa aku ikut bersama kalian..." Bisik Jaehyun lirih.
Jadi apakah seperti ini yang Jaemin dulu rasakan? Kesepian yang teramat menyiksa, dan perlahan memendam rasa cemburu melihat keluarga yang dicintainya berkumpul bersama tanpa dirinya.
Ternyata sesakit ini. Dan itu yang kembali membuat Jaehyun merasa bersalah.
"Aku baca di banyak kisah, orang yang sudah mati biasanya akan kembali ke atas untuk menemui orang mati yang mereka rindukan keberadaannya. Tapi Hyung tahu sendiri, kan? Aku tidak punya siapa siapa untuk aku temui jika aku mati lebih dulu darimu nanti."
"Jadi aku akan menunggu Hyung saja, ya?"
Jaehyun tiba tiba teringat dengan perkataan Jaemin yang pernah lelaki itu ucapkan padanya. Jaehyun mengangkat kepalanya, menatap sekeliling kamar. Lelaki itu lantas bangkit dan membuka lemari, menatap lamat lamat botol obat obatan miliknya.
Tanpa berpikir panjang, Jaehyun mengambil semua botol botol obat itu tanpa terkecuali.
Jika bertemu denganmu adalah mimpi, maka aku rela tertidur selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...