Jaemin berlarian di koridor rumah sakit disusul Haechan dibelakangnya, Haechan bilang Seunghee tadi pingsan dengan hidung berdarah, Haechan dan tetangga disana termasuk pasangan tua Song juga ikut membantu membawa wanita tua yang malang itu ke rumah sakit.
Jaemin menoleh pada koridor di depan ICU, dimana pasangan tua Song ada disana.
"Jaemin!" ucap kakek Song ketika melihat Jaemin datang.
"Bagaimana keadaan halmeoni?"
Kakek Song menggeleng pelan.
"Katanya, penyakit jantung Seunghee sudah sangat parah. Hanya sedikit kemungkinan wanita itu untuk sembuh. Mereka bilang sudah tak ada harapan lagi karena dia juga sudah tua..."Jaemin menggigit bibirnya, menatap tubuh ringkih sangat nenek yang terbaring tak berdaya dengan banyak selang yang dipasang ditubuhnya.
"Katanya Seunghee sudah sadar, hanya saja dia belum bisa ditemui. Kau tunggu saja, ya?"
Setelah berbincang mengenai keadaan Seunghee, dengan berat hati pasangan tua Song itu memilih pulang. Jaemin yang memaksanya, ini sudah malam dan tidak baik jika mereka disini terus. Lebih baik jika Jaemin saja yang menunggu Seunghee di rumah sakit.
Jaemin kini duduk melamun di ruang tunggu. Pandangannya kosong pada pintu ruang ICU. Sementara Haechan yang ada di sebelahnya hanya diam saja memperhatikan lelaki itu.
"Apa yang kau pikirkan sekarang, hmm?" Tanya Haechan.
"Banyak. Biaya rumah sakit, penyakit halmeoni, dan hal hal buruk lainnya."
"Hal hal buruk?" Tanya Haechan tak mengerti.
"Kalau seandainya halmeoni mati, aku akan bagaimana, ya? Aku berusaha keras mencari uang selama ini juga untuk dirinya. Kalau dia mati secepat itu, apa aku akan kesepian?"
Haechan tampak berpikir sebentar.
"Kau tak kehilangan?""Entahlah, aku tak terlalu menyayangi nenekku. Dia juga sebenarnya tak terlalu menyayangiku. Kalau seandainya dia mati, pun, aku tak terlalu sedih. Hanya saja... Aku tak ingin dia mati secepat itu."
"Setelah orangtuaku meninggal, dia yang awalnya tak pernah menganggap keberadaanku lantas mulai sadar dan mengatakan aku cucu kesayangannya. Awalnya aku tidak percaya, hanya saja semakin lama aku semakin mengerti jika dia tulus dan menyesal."
"Aku mulai merasakan rasa dikhawatirkan, hanya dia yang bertanya padaku, bagaimana hariku? Apakah aku sudah makan? Apa saja yang kupelajari tadi? Diam diam aku senang ditanyai seperti itu meski aku tak tahu harus menjawab apa."
"Jadi kau sedih jika dia mati nanti?" Tanya Haechan lagi.
Jaemin terkekeh pelan.
"Mungkin?"Jaehyun menghisap batang rokoknya untuk yang kesekian kalinya. Dia menatap langit langit malam kota Seoul, dia butuh pelarian, sehingga dia memilih kabur ke apartemen Johnny dan menginap disana untuk sementara waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...