"Kami akan bercerai."
Ucapan lelaki paruh baya yang berstatus sebagai ayah dari seorang Lee Haechan itu terdengar bagai petir di siang bolong. Bagaimana tidak? Haechan awalnya heran saat sang ibu meneleponnya untuk pulang sekolah lebih cepat karena mereka ingin makan siang bersama.
Ternyata ini alasannya. Tangan Haechan yang hendak menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya lantas terhenti begitu saja.
Haechan menatap sang ayah kaget, lantas mengalihkan tatapannya pada sang ibu. Meminta penjelasan.
"Ini sudah terlalu rumit Haechan. Kami sudah tak bisa lagi bersama..."
"Apa? Apanya yang rumit? Serumit apa sampai sampai kalian ingin bercerai?" Tanya Haechan dingin.
"Masalah kami, sepertinya sudah tak bisa diselesaikan lagi dengan cara kekeluargaan. Kami akan bercerai, dan ini mungkin akan menjadi jalan yang terbaik. Kami harap kau mau mengerti situasi—"
"AKU KURANG MENGERTI APA LAGI?!!!" Kedua pasangan suami istri itu tersentak mendengar bentakan Haechan. Haechan menggebrak meja, menatap kedua pasangan suami istri yang selama ini hidup bersamanya.
Haechan kira, setelah semua pertengkaran yang tak ada habisnya itu, orangtuanya akan saling memaafkan dan kembali mencintai satu sama lain. Lalu, apa ini? Bercerai?
"KENAPA KALIAN SELALU MENUNTUT AGAR AKU MENGERTI APA YANG TERJADI PADA KALIAN BERDUA?!!!"
"KALIAN JUGA TAK PERNAH MAU MENGERTI ANAK KALIAN SENDIRI!!!"
"Haechan, kau tak mengerti masalah yang kami hadapi dalam berumah tangga!" Balas sang ibu.
"HARUSNYA YANG KALIAN SELESAIKAN ITU MASALAHNYA, BUKAN RUMAH TANGGANYA!!!"
"LEE HAECHAN!!! APPA TAK PERNAH MENGAJARKANMU UNTUK MEMBENTAK ORANG TUA!!!"
Bentakan sang ayahembuat Haechan terdiam sejenak. Nafasnya masih menggebu gebu sembari menatap kedua orang yang ada dihadapannya ini.
Tanpa dia sadari, kedua air mata itu jatuh begitu saja. Menghancurkan tembok pertahanan yang selama ini sudah dia bangun dengan susah payah.
"Memangnya appa pernah mengajarkanku soal apa?" Tanya Haechan lirih.
"Kalian tak pernah tahu bagaimana aku selalu menyumpal telingaku dengan earphone dan memutar lagu sekeras yang aku bisa sampai telingaku berdarah hanya agar aku tak mendengar pertengkaran kalian dibawah sana. Kalian tak tahu itu, kan?"
"Kalian tak pernah tahu bagaimana pergaulanku di luar sana karena kalian selalu sibuk bertengkar. Kalian tak tahu apa apa, kan?"
"Kalian tak tahu sekeras apa aku mencari perhatian bahkan dengan menjadi anak berandalan hanya demi mengemis perhatian dari kalian, kan? Berharap kalian bisa berhenti berdebat untuk sebentar saja."
Haechan menatap kedua orang tuanya lamat lamat. Sang ayah yang menunduk, sang ibu yang terisak, dan dia yang tak bisa apa apa. Perannya tak penting. Statusnya hanya sebagai anak yang sudah diprogram oleh orangtuanya agar menurut.
"Aku mohon..."
"Haechan, hentikan. Jika rumah tangga ini terus dipaksakan bersama, tak ada yang akan baik baik saja. Appa, eomma, dan kau akan sama sama terluka."
"Kini kau berhak memilih, kau ingin ikut siapa?"
Deg!
Tangan Haechan terkepal mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut sang ayah.
Pertanyaan yang menjadi momok mengerikan bagi seorang anak saat mengetahui kedua orangtuanya akan bercerai.
kau ingin ikut siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
أدب الهواة"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...