"Jangan seperti babi."
Haechan mendengus kesal mendengar ucapan Mark. Mulutnya kini penuh dengan ramyeon yang Haechan buatkan tadi. Sementara Mark menatapnya datar.
Malam itu, Haechan hanya duduk berdiam diri di apartemen Mark. Lelaki itu sudah berulang kali membujuk Haechan untuk kembali berbicara pada kedua orangtuanya. Bukannya berniat mengusir, namun ini salah. Bagaimanapun juga, meski tak akan benar benar Haechan turuti, setidaknya dia tetap harus memilih.
"Kau juga sudah seharian tak mengaktifkan ponselmu. Orangtuamu pasti khawatir." Sambung Mark lagi.
"Khawatir apanya? Mereka saja mungkin tak sadar jika aku ada." Balas Haechan santai.
Mark hanya menatap Haechan sebelum kembali fokus pada makanan yang ada dihadapannya.
"Jangan egois seperti itu, Haechan. Aku tahu terkadang kau memang harus mementingkan dirimu sendiri. Tapi ini bukan saat yang tepat. Kau kabur dari rumah tanpa memberikan keputusan untuk orang tuamu. Mereka akan bercerai, dan peranmu di pengadilan pasti akan sangat dibutuhkan karena kau satu satunya anak mereka, kan?""Aku anak angkat." Balas Haechan singkat. Mark tertegun mendengarnya.
"Peranku tidak akan dibutuhkan."
Mark menghela nafas pelan.
"Lebih baik kau mencari udara segar saja dulu. Malam ini aku harus menemui Doyoung, ada urusan mendadak."Haechan mengangguk. Pikirannya kacau, tapi apa yang bisa dia lakukan?
"Sepertinya kau sedang bosan, karena itu kau menyuruh kami berkumpul disini. Iya, kan?"
Haechan tertawa pelan sembari meneguk colanya. Mengabaikan tatapan kesal Renjun, tatapan bosan Jeno, dan ekspresi biasa Jaemin.
"Kalian juga pasti sedang bosan, kan? Maka dari itu kalian mau menuruti kemauan ku untuk kemari."
"Apapun demi makanan gratis." Balas Renjun sambil tersenyum dan menyantap tteokbokki nya. Karena tak ada yang mau menemaninya malam itu, Haechan terpaksa menyogok mereka dengan embel embel mentraktir tteokbokki.
"Tapi kenapa belakangan ini kau sangat pendiam? Biasanya kau terlihat seperti monyet yang lepas dari kandangnya." Jeno menyenggol pelan lengan Jaemin. Dia tahu Jaemin masih polos, tapi bukan saat yang tepat untuk mengatakan itu.
"Haechan sedang ada masalah akhir akhir ini, jaga ucapanmu." Bisik Jeno pelan.
"Jadi kau akan ikut siapa?" Tanya Renjun.
Haechan terdiam sejenak.
"Ibuku mungkin?""Alasannya?"
"Entahlah..."
"Kalau begitu, lebih baik kau tak ikut siapa siapa saja. Jika kau memaksakan diri, itu hanya akan membuatmu tersiksa." Ucap Renjun serius.
Haechan menghela nafas pelan. Asap keluar dari mulutnya karena cuaca pada musim gugur lumayan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
When this rain stops || NCT dream x 127 [END]
Fanfiction"Dulu, ada seorang anak yang pintar dan selalu membuat orang tuanya bangga. Anak itu terus mendapat juara olimpiade dan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolahnya." "Lalu keluarga anak itu bangkrut dan kedua orang tuanya meninggal karena kec...