9. Air Panas

10.7K 1K 13
                                    

Aku tahu aku sudah bertekat menjadi Inem yang bersahaja dan hanya menggunakan barang kuno. Namun hari ini aku terpaksa membawa ponselku. Rasanya seperti membawa barang selundupan saat sesekali aku harus melihat apakah benda tersebut mendapat pesan baru atau tidak.

Alasanku nekat membawa ponsel berawal dari malam tadi. Laura dan Andin mendadak memasukkanku ke dalam sebuah grup chat aneh.

Cheating men must die

Tak butuh otak genius untuk menebak siapa cheating man yang akan digibahin dalam ruang chat ini.

19:45

Laura: Nora!!! Cowok itu gak pantes buat lo. Dia benar-benar bajing*n. Baru beberapa hari sejak pertunangan kalian, tapi dia udah haha-hihi aja sama cewek lain di resto.

Andin: Bener banget. Kecurigaan kami benar. Dan tas yang Aksara beli semalam memang buat cewek itu. Ini kami lagi ada di resto Amant. Aksara duduk selang dua meja di depan kami bareng cewek itu.

Laura: Sumpah cewek itu enggak banget. Sok kecakepan. Dikit-dikit ketawa. Genit. Nora cepat lo ke sini sekarang.

Andin: Bener. Jangan takut. Mending lo tangkap basah mereka berdua sekarang. Kalo perlu siram dua-duanya pake minuman kek di sinetron-sinetron. Biar basah beneran.

20:00

Laura: Nora lo di mana?

Andin: Nora buruan kemari. Mereka udah mau selesai makan. Lo gak bakal ngelewatin kesempatan emas ini gitu aja kan?

Laura: Lo gak percaya sama kami berdua ya?

Andin: Laura, cepat lo kirim fotonya.

Laura mengirimkan sebuah gambar di mana Aksara sedang menyantap makan malam dengan seorang wanita di depannya.

Laura: Liat tuh beneran kan?

Andin: Ra, lo di mana sih? Bahkan chat-nya gak masuk. Lo gak patah hati sampe ngurung diri di rumah kan?

Laura: Nora!

Andin: Cenora!!!

Aku memang melewatkan kesempatan emas tersebut. Di jam yang sama aku juga sedang makan malam. Hanya saja aku makan malam dengan mama. Selepas pulang bekerja---hari Minggu aku hanya bekerja setengah hari---aku menemani mama ke salon. Kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk pijat. Perawatan rambut, wajah, kuku, dan sebagainya. Rasanya menyenangkan. Sudah lama aku tak memanjakan diri. Tanpa kusadari telapak tanganku pun mulai kasar sebab pekerjaan rumah tangga dan usaha kerasku belajar memasak.

Saking menyenangkannya aku tak memeriksa ponsel sama sekali semalam. Bahkan tak sadar benda tersebut mati. Begitu selesai aku sadar ponselku mati. Namun lebih memilih membiarkannya saja sebab merasa tak ada hal yang penting.

Tak pernah-pernahnya aku merasa begitu. Sejak dulu aku tak terbiasa tak terhubung ke internet, tak terbiasa tak mengecek ponsel dalam waktu yang lama. Pekerjaan sebagai Inem agaknya membuatku terbiasa tanpa ponsel. Walau di rumah Aksara aku tetap terhubung dengan internet, sebab di dapurnya terdapat sebuah tablet yang terpasang di wall mount. Tempat biasa aku menonton Youtube untuk membuat makan malam. Namun tetap saja berbeda. Tak ada pesan dari teman di sana, atau pemberitahuan dari media sosial dan hal pribadi lainnya.

Menjadi pembantu adalah cara terbaik untuk terlepas dari kecanduan gadget.

Sekarang beginilah keadaanku. Wajah kusut dengan mata panda di balik bedak tebal yang menutupi warna asli kulitku. Aku tak bisa tidur semalaman.

Aku baru membalas pesan mereka pukul setengah sebelas malam. Lalu hingga pagi ini tak seorang pun dari dua perempuan tersebut yang membalas pesanku. Entah mereka marah atau kecurigaan mereka ternyata sebuah kesalahan. Aku tak tahu. Makanya sekarang aku mau tahu.

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang