54. Kayak Biasa Aja

6.7K 646 10
                                    

Sumber: Pinterest_____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumber: Pinterest
_____________________

Aku mendelik. "Kenapa sih?" ucapku tanpa bersuara.

"Ge-nit," balasnya tanpa bersuara pula.

Dia membuatku terpelongo. Dari mananya aku genit? Apa di kamus Aksara perempuan yang berbicara pada laki-laki saja sudah dihitung genit?

Haduh... Bisa-bisanya aku dikerangkeng nanti setelah menikah kalau dia memang seperti itu.

Aku memilih mengabaikan Aksara dan memanggil pelayan. "Menu ya Mas."

Kemudian pelayan membawakan daftar menu yang langsung kuperiksa dengan cepat.

"Katanya kari di sini yang paling enak," ucap Malik.

Aku mendongak. "Serius?"

"Iya. Gue tadi pesan itu juga. Lo suka makanan yang banyak rempahnya kan?"

Aku mengangguki kata-kata Malik. "Tapi lo kan gak suka yang terlalu berempah."

"Iya. Tapi karinya juara banget. Jadi pengin beli lagi."

Aku tertawa mendengar penuturan Malik. Jarang sekali ada makanan yang membuatnya berkata begitu. "Biasanya saking sehatnya, lo sukanya yang kuahnya terasa kayak air doang."

Sebelah alis Malik terangkat menantang. "Lo mau terus bahas sayur asam itu?"

Aku kembali tertawa. Teringat sayur asam yang dulu dimasak Malik dan dibawakannya untuk kami. Rasanya benar-benar cuma air dan asam. Alasan Malik saat ditanya kenapa rasanya begitu, "Micin gak bagus. Jadi gak gue pake."

Setelah itu kami selalu menggodanya dengan pecinta makanan sehat bebas micin. Padahal ya kami tahu dia berkata begitu karena merasa malu dengan rasa masakannya.

"Ekhem..."

Aku menoleh ke samping. "Oh, Mas udah mau pesan? Mau pesan apa?" tanyaku ke Aksara.

"Kayak biasa aja," dia menjawab kalem. Tapi mataku menyipit. "Yang biasa itu apa ya, Mas?" tanyaku tak mengerti. "Kita kan belum pernah ke sini.

Aksara berdeham malu. "Makanan yang biasa Mas suka aja. Kamu tahu kan? Jadi kamu aja yang pilih."

Aku menggeram. "Jangan-jangan Mas gak mau mikir lagi ya," tuduhku teringat bagaimana dia saat bertemu WO tadi. "Mas kebiasaan ih. Apa-apa maunya aku yang pilih."

Aksara kelabakan. "Mas bukannya gak mau mikir."

"Jadi apa? Kenapa aku juga yang harus mikirin makanan Mas? Memangnya aku cenayang bisa tahu sekarang Mas maunya apa?"

"Ya... Ya..." Aksara melirik ke Malik dan bertambah bingung.

"Apa? Gak bisa jawab kan? Ya udah, mulai sekarang aku aja semua yang nentuin. Mas diam aja. Jadi kalau nanti aku bilang Mas gak dapat malam pertama, Mas gak akan dapat malam pertama."

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang