41. Seseorang yang Menerimamu Apa Adanya

6.9K 712 16
                                    

"Ini apa ya?"

"Hm... Ini kayaknya daun bawang deh, eh bukan, ini seledri."

"Kita masukkin aja?"

"Iya, kan di resepnya dimasukkin dua-duanya."

"Oke, aku masukkin ya."

"Hati-hati masukkinnya."

"Iya. Tapi daun seledri atau daun bawang ini memang sewangi ini ya?"

Aku merampas daun hijau dari tangan Aksara dan membauinya. "Apa ini Pandan ya?"

"Mau pesan antar aja?"

"Setuju."

Oke, aku tahu seharusnya aku lebih berusaha lagi untuk memasak. Sebab kalian pasti tahu, di negeri kita tercinta ini, calon istri yang baik, adalah yang bisa memasak. Hanya saja, Aksara mengetahui kemampuan memasakku dari dapurnya yang pernah hancur lebur kubuat, ditambah aku tidak mau membunuhnya dengan memasukkan bahan makanan yang salah

Jadi ajang memasak bersama kami pun dibatalkan.

Sekadar informasi, aku sudah mandi beberapa saat lalu setelah kata-kata menggelikan Aksara kalau aku tak boleh berkata yang tidak-tidak pada laki-laki lain. Artinya kalau dengannya boleh kan?

Duh, apa yang kupikirkan. Lupakan, Cenora! Lupakan!

Pokoknya kini aku sudah bersih dan wangi. Di kamar tamu pun tak hanya ada pakaian tapi ada juga beberapa pelembab dan parfum yang bisa kugunaan.

Beberapa saat kemudian makanan kami datang. Awalnya aku ingin memesan ramen, tapi dasar Aksara yang sangat membumi.

"Makan itu harus pakai nasi, jangan makan mi dulu sebelum makan nasi."

"Tapi mi sama nasi sama-sama karbohidrat," belaku.

"Karena sama makanya pilih nasi aja dibanding mi. Sama-sama karbohidrat kan?"

Jadi aku pun memilih nasi dan ayam lengkuas plus sambal bajak dari McD.

"Yakin mau beli itu? Porsinya dikit banget loh. Kamu udah berapa lama gak makan coba. Coba pilih yang porsinya lebih banyak. Biar energi kamu balik lagi."

"Ya udah, saya pesan yang ayamnya lima."

"Kayaknya kamu lebih baik makan yang ada sayurnya deh dan lauknya lebih banyak."

Aku ingin kesal, tapi di satu sisi aku tahu dia begitu karena khawatir.
Jadi aku yang penurut ini pun memilih Nasi Padang.

"Nasi Padang 'Uda Cayang' gak cuma porsinya yang banyak. Rasanya juga enak. Kamu cobain deh," ucap Aksara dari seberang meja sembari tersenyum.

Nasi Padang biasanya memang sudah banyak. Tapi ini lebih banyak lagi. Porsi kuli.

"Kamu gak suka Nasi Padang?" tanya Aksara dengan tampang menerka-nerka.

"Ya, suka dong," sahutku cepat. "Kenapa nanya gitu? Kamu mau nuduh saya sebagai cewek kaya, sombong, dan manja lagi? Yang gak pernah makan Nasi Padang?"

Aksara terkejut. "Bukan gitu."

Mataku menyipit lalu menyendokkan nasi ke dalam mulut. Mendadak aku teringat sesuatu. Sambil mengunyah aku berkata, "Tapi selama ini kamu kelihatan kesal terus sama saya. Pas kita nonton di bioskop waktu itu juga sama. Saya kira kamu benci sama saya karena saya anak orang kaya yang manja."

"Gak mungkin. Saya gak pernah benci sama kamu."

"Terus kenapa kamu kayak gitu?" tanyaku. Sumpah aku sangat penasaran. Kenapa dia seperti berubah-ubah. Kadang baik, kadang seperti membenciku, dan sekarang ini perubahannya yang paling drastis. Membuatku bertanya-tanya apa dia ada ra--

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang