45. Khalil Malik

6.6K 715 15
                                        

Sumber: Pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumber: Pinterest

_________________________________

Minggu ini keluarga Aksara akan datang ke rumah. Dasar dia itu. Cepat sekali geraknya. Sekali diberi izin langsung sat-set-sat-set saja.

"Ini agak beda kayaknya? Ini benar naskah yang mau lo terbitin?"

Aku tersadar dari lamunanku. Yups, sekarang aku sedang bertemu dengan Malik. Kami janjian di sebuah kafe. Aku yang memintanya datang untuk menyerahkan naskah novel dan juga memberikan kabar baik.

"Iya. Ada masalah?" tanyaku agak takut. Kurasa aku sudah mengerjakannya dengan sangat maksimal. Bahkan selama tiga hari ini aku bergadang untuk menyempurnakannya. Omong-omong ternyata flashdisk tempat aku menyimpan soft copy naskahku juga ada di paper bag yang dibawa Aksara. Jadi aku bisa merevisinya kembali

"Enggak. Sebenarnya ini bagus banget. Terasa lebih hidup."

"Serius?" Aku hampir saja menggebrak meja saking senangnya.

"Hmm. Dan buku ini terasa beda dari novel kamu yang sebelumnya. Kayak ditulis sama dua orang yang berbeda."

Aku menatapnya menyelidik. "Apa maksudnya? Lo mau bilang itu naskah orang lain dan bukan punya gue?"

"Bukan itu maksud gue," sangkal Malik. "Yang terasa beda itu dari cara pandang dan penjabaran lo tentang hubungan kedua tokoh. Di sini lo lebih menekankan perasaan. Lo bahkan nge-cut habis-habisan adegan dewasanya. Gak kayak elo. Biasanya kan cerita lo panas banget. Lo kayak memaknai cinta dengan cara yang berbeda."

Ah, aku mengerti maksud Malik sekarang. Sejujurnya aku memang membuang banyak bagian, dan menuliskannya dengan ide baru yang kudapat. Aku sempat takut revisi yang kubuat malah membuat novelku semakin hancur. Tapi sepertinya tidak. Buktinya Malik memberi respons positif.

"Kalau gini lo gak perlu nutupin identitas lagi. Ini aman buat dicetak secara terang-terangan," ucap Malik tersenyum lucu. Tentu dia bisa tersenyum. Walau hanya terjadi seribu tahun sekali.

"Apaan sih. Serius nih? Jadi novelnya bagus gak?"

"Bagus. Gue rasa ini lebih bagus dibanding novel lo yang sebelumnya."

Aku tersenyum senang. Aku tak ada niat membuka jati diriku sebagai penulis nantinya makanya membuat tulisan yang lebih save. Hanya saja saat membaca novelku kembali aku merasa kisah cinta yang kutulis begitu dangkal dan bodoh. Aku bukannya ahli cinta atau merasa sangat mengerti tentang hal itu, tapi entahlah, aku hanya menulis ulang novelku sesuai dengan apa yang kupikirkan sekarang.

"Oh ya, Lik, Minggu ini gue mau lamaran. Acaranya gak besar. Cuma keluarga sama teman-teman doang yang datang. Lo juga datang ya?" ucapku akhirnya. Mau bagaimanapun dia adalah salah satu teman dekatku.

"Akhirnya sekarang udah benar-benar berakhir ya." Malik seolah berkata pada dirinya sendiri, dia tersenyum samar.

"Apanya yang berakhir?"

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang