49. Cemburu

6.4K 622 55
                                    

Sumber: Pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumber: Pinterest

______________________________

"Siapa yang ngasi Aksa udang?" Lestari melirik tajam padaku. "Dia alergi udang."

Lalu dengan sigap Lestari memeriksa saku kemeja dan celana Aksara.

"Kamu selalu bawa epinefrin kan? Di mana? Biar aku suntikkan sekarang!"

Aksara mendorong lengan Lestari. "Thanks, Lestari. Tapi biar Nora aja yang urus aku."

Aku sempat tercenung sejenak. Sama sekali tak menyangka Aksara akan berkata seperti itu.

Lestari melirikku. "Dia tau cara nyuntik epinefrin?"

Tanganku terkepal kuat. Jujur saja aku tak tahu caranya. Tapi di satu sisi tak ingin perempuan ini mengambil kesempatan untuk mendekati Aksara. Tapi... kalau karena keegoisanku Aksara kenapa-kenapa... Lebih baik perempuan itu saja yang melakukannya.

"Aku gak--"

"Ambilin minum aja," ucap Aksara tersenyum. Dia terbatuk sedikit, lalu refleks saja aku menuangkan minum ke gelas dan memberikannya pada Aksara.

"Ini."

"Thanks." Dia meminumnya dalam sekali teguk.

"Mas benar gak perlu disuntik?"

Aku tidak tahu kenapa dia harus disuntik. Tapi sepertinya dia akan disuntik setiap gejala alerginya kambuh.

"Iya. Di mana obat alergi kamu?" Aku tak sadar kalau Mbak Renja dan Mas Reski sudah berdiri di belakang kamu. Dan semua pasang mata pun sudah menatap kami sejak tadi.

"Enggak. Gak jadi kumakan kok."

"Maaf, Aksa," ucap Mbak Renja ikut merasa bersalah. "Fatih suka banget makan udang. Jadi mau gak mau Mbak tetap bikin."

"Gak masalah, Mbak. Masa gara-gara aku yang lain gak boleh ikut makan udang."

"Iya, Mbak," Lestari ikut menyahuti. "Seharusnya kami yang lebih hati-hati ngasi makanan ke Aksara."

Aku langsung menoleh pada perempuan itu. Mbak Renja tertawa salah tingkah. "Nora juga pasti gak sengaja."

Dia menggunakan kata "kita" tapi yang memberikan makanan ke Aksara cuma aku. Jelas sekali itu artinya dia menyindirku.

Tiba-tiba Aksara menggenggam tanganku.

"Mas mau pindah ke dalam dulu?" tanyaku.

Dia mengangguk. Lalu kami pergi ke ruang duduk berdua saja.

"Ada obat alergi di jaket Mas."

Aku melirik jaket Aksara yang ditinggalkan begitu saja di atas sofa. Lalu memeriksa kantongnya.

"Mas bilang gak apa-apa." Satu titik air mataku tumpah. Aku tak pernah melihat benda ini. Tapi kuperkirakan botol kuning ini berisi cairan epinefrin yang disebut-sebut tadi. "Ayo, kita ke rumah sakit sekarang." Aku bergegas berdiri. Epinefrin ini pertolongan pertama bukan? Apa aku harus memanggil Lestari untuk menolong Aksara.

LADY MAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang